Wakil Bupati Nduga Papua Mundur, Protes Warganya Tewas Tertembak

Wakil-Bupati-Nduga-Wentius-Nimiangge.jpg
(Wakil BuFoto: Stefanus/BumiPapua.com/kumparan)

RIAU ONLINE, PAPUA-Penembakan yang menewaskan warga Nduga Papua membuat Wakil Bupati Nduga, Papua, Wentius Nimiangge mengundurkan diri dari jabatannya sejak 24 Desember 2019. 


Dalam keterangannya, Wentius mengungkapkan kekecewaannya atas insiden yang menewaskan Hendrik Lokbere pada Jumat 20 Desember. Korban adalah sopir truk yang ikut rombongan iring-iringan petugas keamanan.


“Sebagai bentuk protes dan ungkapan kekecewaan karena ada warganya yang tewas tertembak (bernama) Hendrik Lokbere,” kata Wentius dalam keterangan tertulisnya, Kamis 26 Desember 2019.


Dihubungi terpisah, Kapuspen Kemendagri Bahtiar telah mendengar kabar pengunduran diri tersebut. Namun, ia enggan mengomentari pengunduran diri Wentius.
“Maaf tak komen dulu,” kata Bahtiar saat dihubungi.



Dilansir Antara, Kodam XVII Cendrawasih juga telah mengirimkan tim ke Distrik Kenyam, Nduga, Papua, untuk menyelidiki kasus penembakan yang menewaskan Hendrik. 
"Kita tunggu hasil penyelidikan yang dilakukan tim yang dipimpin Asintel Kasdam XVII Cenderawasih," kata Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI Irham Wairohan beberapa hari lalu. 

Irham juga enggan menjelaskan lebih lanjut kronologis yang menewaskan Hendrik.
Kabar pengunduran diri Wentius juga sempat diunggah oleh akun @jayapuraupdate. Dalam unggahan itu terdapat tiga foto dan Wentius berdiri di hadapan masyarakat.


Entah apa yang diucapkan, namun ia tampak berbicara dengan menggunakan pengeras suara.
Pengunduran diri Wentius diduga karena kekecewaannya karena pemerintah tak kunjung mempertimbangkan menarik pasukan TNI-Polri dari Nduga. Ia tak sanggup melihat banyak warga sipil yang menjadi korban kekerasan maupun pembunuhan.


Berdasarkan hasil investigasi Yayasan Teratai Hati Papua, ditemukan adanya oknum TNI-Polri yang melakukan kekerasan kepada warga. Bahkan, ada sebagian yang membakar permukiman warga saat pengejaran KKB. 


Tak hanya itu, dari investigasi itu juga disebutkan hingga Juli 2019 terdapat 182 pengungsi tewas akibat berbagai faktor, mulai kesehatan hingga penyerangan yang dilakukan oleh aparat TNI dan Polri.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com