Kabut Asap Selimuti Pekanbaru, Pengendara Keluhkan Tenggorokan Sakit dan Mata Pedih

Kabut-Asap-Selimuti-Pekanbaru-Pengendara-Keluhkan-Tenggorokan-Sakit-Mata-Pedih.jpg
(Defri Candra/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ancaman kabut asap akibat Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menyelimuti sejumlah wilayah di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru.

Salah satu daerah yang terdampak cukup parah adalah Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Selain Kampar, wilayah lain seperti Rokan Hilir (Rohil), Rokan Hulu (Rohul), Indragiri Hulu (Inhu), dan beberapa kabupaten/kota lainnya juga dilaporkan mengalami kondisi serupa.

Asap pekat yang menyelimuti jalanan sejak beberapa hari terakhir membuat aktivitas masyarakat terganggu, terutama para pengendara dan pekerja lapangan seperti ojek online. 

Salah satu warga, Zan Trianto, yang setiap harinya bekerja di jalanan, mengaku sangat terganggu dengan kondisi ini.

"Tenggorokan sering kering, saya jadi harus banyak minum air putih. Kadang juga terasa sesak napas. Kabut asapnya makin tebal sejak hari Selasa. Matahari pun nggak kelihatan, semuanya tertutup asap," ungkap Zan saat ditemui, Sabtu, 5 Juli 2025.

Dirinya menambahkan, kabut yang menyelimuti wilayahnya sudah tidak lagi menyerupai awan seperti biasanya.


"Kalau awan nggak mungkin kayak gini. Ini jelas kabut asap, aromanya juga kecium banget, dan rasanya langsung ke tenggorokan," keluh Zan.

Hal senada juga disampaikan oleh Jupri, seorang pengendara motor yang kerap melintasi rute Tapung menuju Pekanbaru. Menurutnya, selain sesak di dada, dampak kabut asap juga membuat matanya perih dan tenggorokannya terasa gatal.

"Sudah beberapa hari ini mata saya sering perih, tenggorokan pun sakit. Asapnya tebal banget, apalagi pagi hari. Jarak pandang juga terbatas," keluh Jupri.

Kondisi ini tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga dikhawatirkan membahayakan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan lansia. Beberapa pengendara bahkan mengaku harus mengenakan masker rangkap untuk mengurangi dampak langsung dari paparan asap.

Meski belum ada pengumuman resmi dari pemerintah daerah terkait status darurat, masyarakat berharap agar penanganan kebakaran hutan bisa segera dilakukan dengan maksimal.

"Kami hanya ingin bisa beraktivitas dengan normal lagi. Mudah-mudahan hujan cepat turun atau ada tindakan dari pemerintah," harap Zan.

Fenomena kabut asap akibat Karhutla memang menjadi persoalan tahunan di wilayah Riau dan sekitarnya. 

Meski upaya pencegahan terus dilakukan, musim kemarau dan praktik pembukaan lahan yang tidak ramah lingkungan masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah dan pusat.