Prosesi Basiacuong Khas Kampar, Ini 6 Tata Cara Pelaksanaannya

Tradisi-Basiacuong-Masyarakat-Adat-Limo-Koto-Kampar.jpg
(kominfosandi.kamparkab.go.id)

Laporan Linda Mandasari

RIAU ONLINEPEKANBARU-Fungsi Basiacuong dalam masyarakat kabupaten Kampar adalah untuk melatih keterampilan komunikasi. Mengajarkan perilaku tertib, disiplin, tahu aturan, mengajarkan kita sikap menghormati, mengajarkan kesopanan, sebagai sarana untuk bersilaturrahmi, memberikan pelajaran atau nasehat kepada masyarakat.

Kemudian mendorong masyarakat untuk selalu bekerja sama dan saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Riau, Prosesi Basiacuong khas kampar, ini dia 6 tata cara pelaksanaannya, simak ulasannya berikut ini.

Budaya masyarakat kampar

Masyarakat Kampar (ocu) mempunyai budaya yang kaya, salah satu budaya dan tradisi lisan di kabupaten Kampar adalah basiacuong. Basiacuang adalah salah satu bentuk tradisi lisan kebudayaan masyarakat suku Melayu Kampar di Provinsi Riau.

 

Tradisi lisan ini berbentuk pertunjukkan untuk menyampaikan maksud dan tujuan secara terselubung, simbolik, dan biasanya dituturkan dalam rangka upacara adat masyarakat Melayu Kampar.


Tuturan ini dipakai oleh Ninik Mamak, Datuk, dan golongan orang-orang Adat Melayu Kampar. Pada hakikatnya, bahasa yang digunakan dalam kegiatan basiacuang dipahami sebagai ungkapan pesan yang dinyatakan dalam bentuk perumpamaan, petatah-petitih, pantun, dan kiasan adat yang dituturkan seorang penutur sehingga memberikan nilai keindahan dalam kegiatan basiacuang tersebut.

Biasanya basiacuong ditampilkan ketika acara peminangan atau peresmian pernikahan. Prosesi basiacauong dalam peminangan / peresmian pernikahan dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut :

  1. Ninik mamak pengantin laki-laki bertanya kepada orang limbago pengantin perempuan mengena kepada siapa dia memulai basiacuong.
  2. Setelah orang limbago menjawab pertanyaa tersebut, maka ninik mamak pengantin laki-lak akan basiacuong dalam rangka penyerahan tepak yang disebut dengan basiacuong ulur tepak.
  3. Riau, Prosesi Basiacuong khas kampar, ini dia 6 tata cara pelaksanaannya selanjutnya adalah setelah acara penyerahan tepak selesai, berikutnya dilanjutkan dengan makan bersama yan didahului oleh basiacuong oleh orang limbago.
  4. Berikutnya dilanjutkan dengan penyerahan kemenakan (pengantin laki[1]laki) kepadan ninik mamak pihak perempuan.
  5. Selanjutnya pihak ninik mamak laki[1]laki kembali menanyakan tentang tanda peminangan kepadaninik mamak pihak perempuan yang disebu dengan membalikkan tanda.
  6. Sebagai akhir dari upacara adat basiacuon dalam pernikahan untuk pamit meninggalka tempat acara dan pulang ke rumah masingmasin oleh pihak ninik mamak pihak laki-laki dengan basiacuong. Selain pada acara perkawinan basiacuong jug dilaksanakan pada acara sebagai beikut:
  • Pada acara khitanan
  • Penobatatan ninik mmak
  • Acara kenduri dalam berbagai bentuk dan lain- lain.

Sejatinya basiacuang tidak harus hanya dalam kegiatan atau prosesi hajatan , Basiacuang sebagai penyampaian norma dan nilai masyarakat bisa disampaikan dimana saja yang relasi sosial dan komunikasi terjalin dan kedua pihak bersedia untuk saling basiacuang.

Selain itu juga tradisi juga mulai bergeser kepada fungsi untuk promosi wisata termasuk basicauang yang juga lazim dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar.

Pemerintahan Kampar menyadari akan pentingnya melestarikan budaya juga menapakkan langkah yang pasti. Salah satu contohnya adalah dalam upaya pelestarian budaya Basiacuong.

 

Salah satu langkah konkrit Kampar dalam pelestarian budaya Basiacuong adalah untuk pertama kali mengadakan perlombaan Basiacuong pada serangkaian acara ulang tahun Kampar pada februari 2020 yang lalu.

Ini momentum dan langkah konkrit yang berarti dalam pelestarian budaya basiacuong dan dalam pembentukan kecerdasan interpersonal bagi masyarakat Kampar.

Sekian informasi mengenai Riau, Prosesi Basiacuong khas kampar, ini dia 6 tata cara pelaksanaannya. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.

Sumber :

  • Dewan kesenian Kampar. 2008. Warisan.
  • Kim, U. & Berry, J.W. (1993). Indigenous Psychologies: Experience and Research in Cultural Context. Newbury Park, CA: Sage Publication