Siapa Sangka, Busana Muslim Diminati di Australia

DESAIER-AUSTRALIA.jpg
(CNN INDONESIA)

 

RIAU ONLINE, JAKARTA - Bisnis modest fashion atau yang lebih dikenal dengan fesyen busana muslim berkembang sangat pesat di Indonesia. Ini wajar lantaran mayoritas penduduknya beragama Islam.

 

Lantas bagaimana dengan bisnis modest fashion di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Islam? Siapa yang membeli busana modest fashion di sana?

 

Jawabannya, siapa saja. Modest fashion tak melulu bicara soal baju muslim yang dilengkapi dengan hijab. Istilah modest dipilih agar fesyen ini lebih universal dan tidak terbatas pada agama tertentu.

 

Di Australia, pelanggan para desainer busana muslim juga berasal dari berbagai kalangan. Tak hanya penduduk Australia yang Muslim, warga lainnya pun juga bisa memakai karya para desainer kapan pun mereka mau.

 

Amalina Aman, desainer busana muslim ternama dari Australia mengatakan tak sulit baginya untuk membangun merek fesyen dan memasarkan produk modest fashion miliknya. Apalagi ia tinggal di Lakemba, New South Wales, yang penduduk Muslimnya cukup banyak.

 


"Saya membangun bisnis ini sejak 2004, sungguh tidak sulit menjalankannya. Asalkan punya sesuatu yang berbeda orang pun akan membeli barang Anda," kata Amalina saat ditemui di Jakarta, Selasa (8/9).

 

Amalina juga punya strategi agar koleksinya bisa dibeli siapa saja dan lebih universal. Ia mendesain pakaian yang bisa dipakai semua orang, meski tanpa hijab. Namun, tetap menjaga unsur kesopanan dan karakteristik dari modest fashion itu sendiri. Yang penting, ketika dipakai akan tetap terlihat bagus dan fashionable.

 

"Tentu tetap terlihat bagus tanpa hijab. Banyak orang yang membeli kaftan, outerwear. Terserah mereka bagaimana mau memakai pakaian saya selama mereka nyaman," ujar Amalina.

 

Ia mengatakan banyak perempuan yang menyukai desain busananya karena terlihat unik dan berbeda. Apalagi ia membuat produksi pakaian yang sangat terbatas sehingga busananya terkesan eksklusif dan tidak membuat konsumen bosan.

 

Sama seperti Amalina, Eisha Saleh, pemilik merek fesyen Baraka Women, juga mengatakan tidak sulit memasarkan modest fashion di Negeri Kangguru itu. Hal ini semata-mata karena ia menggunakan terminologi modest fashion yang lebih universal dibandingkan dengan busana muslim.

 

"Dengan cara itu saya bisa lebih banyak menggaet pelanggan karena di Australia ada banyak kelompok masyarakat Yahudi maupun Kristiani juga," kata Eisha.

 

Perempuan berhijab itu juga mengatakan, pemasaran busana yang ia produksi tidak menjadi sulit karena semua perempuan pada dasarnya menyukai memakai modest fashion.

 

Masyarakat Australia juga memiliki tolerasi yang sangat tinggi, kata Eisha. Mereka juga saling mendukung terhadap hal-hal baik yang dilakukan orang Australia lainnya. Kabar bahwa di Australia tidak toleran pun buru-buru ditepis Eisha.

 

"Banyak media mengabarkan kalau di Australia ada elemen masyarakat yang melakukan rasisme, itu tidak benar. Di kehidupan sehari-hari saya tidak pernah menemukan itu," ujar Eisha.

 

Amalina dan Eisha pun yakin, ke depannya akan lebih banyak orang yang tertarik dengan modest fashion. Australia pun akan menjadi salah satu tempat di mana modest fashion juga berkembang dengan baik.