Ditemukan Kerangka Mayat Manusia di Kebun Sawit, Kandis. Benarkah itu Sopir Go Car yang Hilang?

Adhie-Nuraswan-Sopir-Gocar.jpg

Laporan: HASBULLAN TANJUNG 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Misteri dan teka-teki hilangnya sopir taksi online beraplikasi, Go Car yang hilang sejak Senin dinihari, 23 Oktober 2017, Ardhie Nuraswan (23), mulai menemukan titik terang. 

Sesosok mayat sudah menjadi kerangka ditemukan, Rabu, 8 November 2017, pada perkebunan kelapa sawit, Kandis, Siak. Kuat dugaan mayat tersebut sopir Go Car yang hilang selama 17 hari tersebut Ardhie Nuraswan. 

Kejadian ini pertama kali diketahui pemilik kebun, Charles, saat ia hendak memanen sawit. Mengetahui ada sesosok kerangka manusia, ia pun melaporkan hal tersebut kepada warga lainnya.

Oleh warga, kejadian ini langsung dilaporkan ke Polsek Kandis melalui Bhabinkamtibmas Kelurahan Telaga Sam-sam. Tak berselang lama, Wakapolres Siak beserta personel lainnya langsung meninjau guna melakukan olah TKP.

Tiga Hari Sopir GoCar Hilang, Keluarga Melacak Lewat Dukun

Ingin Tahu Berapa Gaji Sopir Transmetro Pekanbaru?

Pada saat olah TKP, ditemukan berserakan tulang dan tengkorak menyerupai manusia. Selain itu, juga ditemukan seutas tali Nilon warna kuning dengan panjang lebih kurang 1 meter, 1 celana panjang Levis warna biru, 1 baju kaos oblong, 1 celana dalam.

Mayat tersebut saat ini sudah berada di Unit Forensik RS Bhayangkara Polda Riau, guna dilakukan autopsi agar identitas korban segera diketahui. Mengenai apakah mayat tersebut Ardhie Nuraswan, Kapolresta Pekanbaru Pol Susanto masih belum bisa memastikan.

"Iya, hari ini ditemukan mayat dalam kondisi sudah kerangka, mengenai siapa korban ini kita masih belum mengetahui hingga nanti hasil autopsi melalui DNA, insyaAllah esok pagi hasilnya sudah keluar," ungkapnya.  

Sebelumnya Adhie Nuraswan (23), salah satu sopir online warga Pekanbaru dilaporkan hilang setelah menerima orderan Go Car pada Senin, 23 Oktober 2017 dini hari.

Berbagai upaya juga sudah dilakukan baik dari pihak keluarga maupun pihak driver online. Informasi terakhir dari adik korban, Bimo menyebutkan saat ini keluarga mencoba melacak keberadaan korban melalui orang pintar.

"Menurut orang pintar itu, posisi dia sekarang lagi terikat," tuturnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Delima, Rabu, 25 Oktober 2017 malam .

Masih menurut orang pintar tersebut, posisi kakaknya tersebut masih di sekitaran Air Hitam, Palas, Pekanbaru. Selain itu, Bimo juga membenarkan informasi bahwa iphone 4 milik korban sudah ditemukan dalam keadaan rusak, namun tidak hancur sehingga masih bisa dioperasikan.

"Iya, ditemukan di dekat SPBU Air Hitam. Rusak sih rusak. Mungkin karena iphone jadi masih bisa dioperasikan," katanya.

Diketahui juga, sebenarnya Adhie Nuraswan bukanlah driver Go Car, melainkan driver Gojek. Sedangkan yang menjadi driver Go Car adalah ayah mereka.

Soal Transportasi Online, Wako Pekanbaru: Ini Sudah Jadi Masalah Nasional

Go-Jek 'Diserbu' Netizen, Dukung Agar Tak Berhenti Beroperasi

"Dia mengambil orderan ayah, soalnya ayah kan mau istirahat," ungkapnya.

Pencarian tak hanya dilakukan keluarga saja, tetapi juga ratusan sopir online lain. Rrekan korban, Kefin, sesama driver Go Car mengungkapkan,  seluruh sopir online sudah menyebar membantu pencarian.


Kabar hilangnya driver Go Car ini menjadi viral di media online. Berawal saat Ardhie pergi dari rumahnya yang beralamat di Perumahan Delima Puri, Jalan Delima, Kelurahan Delima, Kecamatan Tampan Pekanbaru dengan mengendarai mobil merk Suzuki Ertiga warna putih dengan nomor polisi BM 1654 NV.

Menurut informasi juga, Ardhie diketahui menerima orderan dari customer sekitar pukul 01.30 WIB Senin dini hari dengan rute Jalan Delima ke Jalan Riau.

Namun hingga pihak keluarga melapor ke polisi pada siang tadi, Ardhie tak diketahui keberadaannya dan kabar beritanya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kejaksaan Tinggi Riau menetapkan 18 tersangka dalam kasus dugaan korupsi Ruang Terbuka Hijau (RTH), termasuk di dalamnya Tugu Anti-Korupsi yang diresmikan oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Raharjo, saat Peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI), Jumat, 9 Desember 2016 silam, Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru. 

Dari jumlah tersebut, Kejati Riau telah memecahkan rekor penetapan tersangka kasus dugaan korupsi. Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Riau, Sugeng Riyanta mengatakan, dari jumlah 18 orang ditetapkan tersangka tersebut, 13 di antaranya justru Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Cipta Karya Provinsi Riau, selebihnya 5 orang dari swasta.  

"Para tersangka itu terdiri dari 14 ASN dan lima swasta. Perkara ini dibuat 14 berkas, dua tersangka ada satu berkas," kata Sugeng, Rabu, 7 Oktober 2017.

Alamak, Tugu Peringatan Anti-Korupsi Pun Juga Diduga Dikorupsi

Bau Korupsi Menyengat Di Tugu Anti Korupsi Dan RTH

Dari 13 ASN itu, terdapat nama Dwi Agus Sumarno, menantu mantan Gubernur Riau, Annas Maamun, Gubernur Riau sebelum sekarang, Arsyadjuliandi Rachman alias Andi Rachman. Ketika kasus ini terungkap, Dwi menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Riau, selaku Pengguna Anggaran (PA). 

Selain menantu Annas Maamun, Kejati Riau juga menetapkan  seorang kepala bidang berinisial HR selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pelaksana Kegiatan (PPK) berinisial J.

Belum cukup, Kejati Riau juga menetapkan tersangka dari Unit Layanan Pengadaan (ULP) di Dinas PU, IS, selaku ketua Pokja, DIR dan DM anggota Pokja, H anggota Pokja dan H Sekretaris Pokja. Selanjutnya, Ketua Tim PHO berinisial A, anggota tim, Ir Is A, sekretatis tim A serta dua anggota lain, R dan ET.

Aspidsus Kejati Riau ini menjelaskan, penetapan tersangka dilakukan setelah penyidik melakukan gelar perkara, Selasa, 6 November 2017. Hasilnya, ditemukan dua alat bukti untuk menetapkan para tersangka. "Penyidik juga meminta keterangan 52 orang saksi," kata Sugeng.

Sebelumnya, penelusuran RIAUONLINE.CO.ID, pembangunan RTH Tunjuk Ajar, untuk Tugu Anti-Korupsi saja menelan biaya hampir Rp 500 juta. Secara keseluruhan RTH Tunjuk Ajar Integritas, menghabiskan uang rakyat sekitar Rp 8 miliar. Sedangkan RTH Kacang Mayang hampir Rp 6 miliar.

Kedua RTH itu dikerjakan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau dimasa Kepala Dinas Dwi Agus Sumarno, menantu mantan Gubernur Riau, Annas Maamun.

Untuk pengerjaannya, RTH di bekas Kantor PU Riau dikerjakan PT Bumi Riau Lestari, Pekanbaru, dengan nilai kontrak Rp 8.021.689.000, penandatanganan Kontrak 22 Agustus 2016.

Sedangkan RTH Eks Taman Kaca Mayang, depan Kantor Wali Kota Pekanbaru, Jalan Sudirman, dikerjakan kontraktor Pelaksana PT Bahana Prima Nusantara, beralamat di Jalan Nusa Indah No 33 RT/RW 01/07, Ciracas, Jakarta Timur, nilai kontrak Rp 6.350.479.000.

"Kami lagi menindaklanjuti dugaan korupsi tersebut (dua RTH). Tersangka ditetapkan kemudian usai diraskaan cukup pemeriksaan alat bukti," tegas Aspidsus Sugeng.

Ia menjelaskan, proyek kedua RTH tersebut sudah selesai dan dibayar 100 persen. "Kalau sudah selesai tentunya harus dibuka. Ini kok masih ditutup inikan menandakan sesuatu. Kita melihat indikasi penyimpangannya cukup jelas. Soal pemeliharaan, itu berbeda,” ujarnya dengan penuh curiga.

Sebelumnya, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, memerintahkan penutupan RTH Tunjuk Ajar Integritas dengan alasan rumput-rumput dan pohon-pohon banyak mati. Penutupan itu juga bersamaan dengan RTH di lahan bekas Taman Kacang Mayang dan ini secara resmi diputuskan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, sebulan usai diresmikan, Rabu, 4 Januari 2017.

Tugu Anti Korupsi Senilai Setengah Miliar Ini Terancam Tak Diresmikan Jokowi

Ahli Dari Unri Tak Jelas, Kejati Riau Pakai Ahli Lain Ungkap Korupsi Tugu AntiKorupsi

Keputusan tersebut diambil Andi Rachman usai meninjau kedua RTH Selasa malam, 3 Januari 2017. Ia melihat banyaknya para pedagang kaki lima, ditambah banyaknya sampah berserakan dan keberadaan mereka selain menutupi areal parkir kendaraan, juga menutup tulisan taman, kerap dijadikan masyarakat untuk latar foto.

“Kalau di masyarakat sudah punya kesadaran memiliki, maka tentu akan dijaga supaya bisa lebih bermanfaat, bersih dan nyaman. Jadi mari kita jaga bersama-sama,” pinta ketika itu.

Tak hanya sampah berserakan dan PKL, beberapa sisi taman sudah mulai rusak, seperti lampu taman, rumput terdiinjak-injak dan bagian lainnya mulai rusak.

Dugaan korupsi pembangunan kedua RTH tersebut mulai disuarakan oleh ratusan pengunjuk rasa menamakan Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Riau. Mereka berunjuk rasa Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau dan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau, Rabu, 12 April 2017.

Secara tegas mereka meminta proses hukum ditegakkan dalam pembangunan dua Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tunjuk Ajar Integritas dan Taman Kacang Mayang. Keduanya dinilai ada unsur korupsi.

"Belum genap lima bulan perihelatan Hari Anti Korupsi Internasional digelar di Provinsi Riau, justru hari ini tercium isu dugaan korupsi pembuatan RTH oleh aparat berwenang," ungkap Koordinator aksi, Broery Marihot Pesolima dalam keterangan persnya.

RALAT : Di dalam berita ini, sebelumnya tertulis 14 ASN, namun sebenarnya 13 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Kami minta maaf atas kesalahan tersebut. 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id