Merah Putih Batal Berkibar di Puncak Marapi

Marapi.jpg
(INTERNET)

RIAUONLINE, PEKANBARU – Afriadi dan ratusan pendaki lain terlihat kecewa ketika harapan mereka untuk melihat momen matahari terbit sekaligus mengikuti upacara memperingati hari jadi Republik Indonesia pupus. Hal ini disebabkan oleh angin badai dengan kabut tebal berhembus menutupi puncak Marapi hingga pukul 10.00 WIB. Akibatnya matahari tertutupi kabut tebal. Angin badai tidak memungkinkan bagi para pendaki menggelar upacara bendera, di puncak Marapi, Sumatera Barat.



Mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim ini menuturkan, ia bersama tiga temannya datang jauh-jauh dari Pekanbaru untuk merasakan bagaimana sensasi mengikuti upacara peringatan 70 tahun kemerdekaan RI dipuncak merapi.

“Angin badai itu berhembus mulai kemarin malam. Biasanya pagi itu udah tak ada lagi. Rupanya paginya naik lagi ke atas, anginnya gak berhenti, malah tambah kuat. Saya dan kawan-kawan sangat kecewa sekali. Apalagi beberapa teman yang saya bawa itu masih ada yang perdana naik,” katanya kepada RIAUONLINE.CO.ID ketika rombongan hendak turun gunung, Senin (17/8/2015).

Sebelumnya, kabar tentang upacara bendera itu telah tersebar kemana-mana. Pelaksanaan upacarapun tak pernah direncanakan siapa pelaksananya. Hanya saja, setiap peringatan kemerdekaan selalu ada yang memulai upacara.


“Biasanya sih yang mulai itu anak-anak Mapala yang bawa rombongan ramai. Terus kalau udah ada yang mulai, yang lainnya akan merapat dengan sendirinya di lapangan yang letaknya di puncak itu,” tuturnya mengingat.

Saking ramainya pendaki yang melawat ke Gunung Marapi, cadas yang biasanya menjadi tempat bagi para pendaki untuk mendirikan tenda, penuh tak bersisa ruang. Menurut Muhtar, pegawai bank swasta di Padang, penuhnya cadas sudah terjadi sejak hari jumat sore. Bahkan ketika ia sampai pada jumat sore itu, sudah tidak ada lagi tempat yang cukup bagus untuk didirikan tenda.

“Orang-orang pada ngejar tempat di cadas supaya tak kena badai. Karena Cuma cadas yang aman dari badai. Lagian, pemandangan lebih bagus dilihat dari cadas ketimbang dari puncak,” tutur pemuda berusia 30 tahun ini.

”Bagi rombongan yang tak cukup tempat ya terpaksa mereka nge-camp di pucak. Ya itulah resikonya, sepanjang malam mereka ngerasain tuh gimana angina badai. Sama sekali tak nikmat.”

Petugas pos penjagaan gunung Marapi mengatakan, kepadatan para pendaki dimulai dari hari jumat pagi hingga senin. Sudah ada seribu lebih pendaki yang melakukan registerasi untuk merasakan suasana peringatan hari kemerdekaan dari puncak gunung Marapi. Namun sayang, niat ikut upacara di puncak tidak kesampaian akibat badai yang tak bisa diperkirakan.