Marwan Yohanis Keberatan Data Indek Kerukunan Umat Riau di Bawah Rata-Rata Nasional

Marwan.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anggota DPRD Riau fraksi Gerindra, Marwan Yohanis mempertanyakan rilis Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) yang menempatkan Riau menjadi lima besar daerah terbawah.

Dikutip dari Detik.com, Balitbang Kemenag menempatkan Riau dengan nilai 69,3, angka ini jauh dibawah rata-rata nasional 73,83. Dibawah Riau ada, Banten, Jabar, Sumbar dan Aceh.

Ditegaskan Marwan, untuk menilai sesuatu harus berdasarkan sudut pandang utuh, tidak boleh setengah-setengah karena akan membuat kesimpulan yang sah.

"Kalau melihat kerbau dari belakang, kerbau itu berekor. Kalau dari depan kerbau itu bertanduk, tapi kalau dilihat secara utuh maka ada kesimpulan bahwa kerbau itu berekor, bertanduk, bertelinga dan berkaki empat," jelas Politisi asal Kuansing ini, senin, 16 Desember 2019.

Riau, dijelaskannya lagi, jika dilihat dari berbagai sektor sudah sangat toleran dan hidup dengan rukun. Menurutnya Riau sudah menjadi miniatur Indonesia yang terdiri dari berbagai suku di Indonesia.

"Etnis apa yang tidak ada di Riau, agama apa yang tidak dapat melaksanakan ibadah di Riau ini? Makanya saya bilang jangan melihat dari satu sisi saja," tegasnya.


Kemudian, dia mencontohkan di struktur kepengurusan Lembaga Adat Melayu (LAM) yang tidak menutup kemungkinan suku dan etnis lain berkontribusi dalam membangun Riau.

Tak hanya itu, di komposisi DPRD Riau sendiri juga tidak begitu didominasi oleh Melayu karena di Riau semuanya memiliki hak yang sama, sesuai dengan Pancasila yang menjadi ideologi bangsa.

"Salah satunya persatuan Indonesia, Riau ini sudah melambangkan miniatur Indonesia kecil. Agama dan suku apapun boleh melakukan itu asal sesuai konstitusi dan norma yang berlaku, jangan di kotak-kotakkan lagi," pungkasnya.

Bahkan, di Riau pun orang dari luar bisa punya tanah dan kebun di Riau, hingga tak jarang orang Riau sendiri terpinggirkan terpinggirkan.

Ia juga berharap agar pemerintah pusat tidak lagi melukai hati masyarakat Riau dengan pendapat-pendapat yang dinilainya politis.

"Seperti contoh, kita lihat Aceh disebut tidak toleran juga, Sumbar juga begitu. Kemudian ditimbulkan isu yang tidak-tidak. Jadi, dimana Incumbent kalah kemarin, daerah itu dianggap tidak toleran," ulasnya.

"Ini membuat suasana tidak kondusif. Kalau orang Melayu bilang, mengango lah dulu baru bicara," tutupnya.