Ini Deretan Kengerian yang Terjadi Bila Indonesia Berlakukan Lock Down

Kota-Solo.jpg
(Solo Destination)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Presiden Jokowi menegaskan pemerintah tidak akan melakukan lockdown seperti seperti yang sudah dilakukan oleh negara-negara lain seperti China, Filipina, Iran, Italia, Denmark, dan Spanyol.

Sementara itu, usulan melakukan lockdown di wilayah Jakarta menjadi perbincangan di tengah mewabahnya virus corona di Indonesia. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah mempertimbangkan opsi tersebut.

Lantas apa dampaknya apabila Indonesia jika di lockdown?

Masyarakat Kehilangan Penghasilan

Direktur Riset Center of Reform on Economy atau Core, Piter Abdullah, menilai pemerintah nampak ragu dalam mengambil tindakan dratsis mengatasi korona. Pemerintah, kata Piter seakan dihadapkan dilema antara upaya yang benar-benar fokus mengatasi virus corona dengan upaya menyelamatkan perekonomian.


"Saya khawatir dengan penanganan virus corona yang serba tanggung saat ini akan terjadi ledakan penderita corona yang pada ujungnya akan memaksa pemerintah mau tidak mau melakukan lockdown atau isolasi," kata Piter kepada CNBC Indonesia, Senin 16 Maret 2020.

Kalau pun lockdown dilakukan, menurut Piter, pemerintah harus merencanakan dengan sangat baik-baik. Jangan seperti sekarang yang semuanya tanpa perencanaan yang mendetail.

Piter khawatir, kalau lockdown dilakukan tanpa perencanaan dan dilakukan ketika korban corona sudah tidak tertanggulangi, maka proses recovery akan jauh lebih lama dan dampak negatifnya terhadap perekonomian justru akan jauh lebih besar.

"Dampaknya bisa dipastikan akan significant karena perekonomian seperti dimatikan. Banyak Masyarakat khususnya yang di sektor informal akan kehilangan penghasilan. Sektor produksi akan terganggu artinya banyak produk yang akan berkurang supply nya. Semua ini harus diantisipasi dan disiapkan solusinya," jelas Piter.

Dampak Fiskal

Ekonom Senior Chatib Basri memandang, langkah social distancing akan berpengaruh kepada situasi ekonomi dan juga efektivitas kebijakan ekonomi seperti fiskal. Pasalnya orang akan mengurangi aktivitasnya, termasuk pergi berbelanja, menghindari keramaian.

Orang yang memiliki uang, orang akan mengurangi aktivitas belanjanya, kecuali melalui media online. Dengan demikian, pola belanja akan bergeser kepada online. Namun tentu ini jumlahnya juga relatif terbatas, karena barang online juga akan tergantung kepada pasokan.


"Jika pasokan terganggu akibat aktivitas bekerja terbatas, maka upaya mendorong permintaan melalui fiskal juga terbatas," jelas Chatib dalam akun twitternya yang dikutip CNBC Indonesia, Senin 16 Maret 2020.

Akibatnya, stimulus pemerintah yang tujuannya untuk mendorong permintaan melalui belanja, tidak efektif. Perkotaan, menurut Chatib akan menjadi kawasan yang akan mengalami dampak lebih besar dibandingkan dengan kawasan desa.

"Industri juga ada diperkotaan dan juga kebutuhan pasokan makanan lebih tinggi di kota. Karena itu kota mungkin menjadi prioritas, dengan tetap memerhatikan di desa. Karena itu komposisi ini harus dihitung masak-masak," saran Chatib.

Kebutuhan Pangan Terganggu

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, apabila lockdown dilakukan, bahkan di Jakarta saja, sudah dipastikan ketersediaan pangan terganggu.

Pasalnya lanjut Bhima, sebagian besar kebutuhan pokok disumbang dari daerah di luar Jakarta. Arus distribusi barang akan terganggu jika lockdown dilakukan. Kelangkaan bahan pokok khususnya jelang ramadhan akan menyeret kenaikan harga.

"Inflasi tembus di atas 6% merugikan daya beli masyarakat se Indonesia," ujarnya.

Panic Buying di Mana-mana

Selain itu juga adanya risiko panic baying yang belum bisa diantisipasi. Ketika lockdown diumumkan, masyarakat yang panik akan menyerbu pusat perbelanjaan. Bukan hanya makanan dan minuman, tapi juga obat-obatan bisa ludes.

Berkaca pada awal mula diumumkan adanya 2 pasien positif corona oleh Jokowi, panic buying terjadi di beberapa daerah.

"Pemerintah tidak punya pencegahan apapun. Yang saya khawatirkan masyarakat menengah bawah, kemampuan untuk menimbun bahan pangan tidak sekuat kelas atas. Angka kemiskinan bisa naik," kata Bhima.

Pertumbuhan Ekonomi Anjlok

Kalau Jakarta saja yang di lockdown, aktivitas semua perusahaan yang kantornya di pusat Jakarta akan terganggu. UMKM yang terkena imbas paling parah.

"Driver ojek online tidak bisa bekerja, gelombang PHK naik, pertumbuhan ekonomi bisa anjlok signifikan, dan krisis makin cepat," kata Bhima.

Saran Ekonom

Menurut Bhima, lockdown ini harus dihindari. Karena pemerintah harus siapkan stok bahan makanan yang cukup, stok likuiditas bank yang kuat karena kalau sampai rush yang repot bank, tindak pelaku penimbunan secara tegas, optimalkan skema work from home.

Sementara menurut Chatib Basri, untuk memastikan bahwa kelompok menengah bawah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mungkin karena terganggunya aktifitas ekonomi, program seperti PKH, BNPT, BLT, Pra Kerja menjadi penting.

Mengingat besarnya kebutuhan dana ini, menurut Chatib pemerintah perlu melakukan relokasi untuk belanja yang kurang penting, atau bukan prioritas, selain tentunya menaikan defisit anggaran lebih tinggi.

"Amat penting memastikan bahwa stok makanan terkendali. Kenaikan harga akibat tidak tersedianya stock pangan akan menimbulkan kepanikan," ujar Chatib Basri

"Setelah situasi kembali normal, barulah standard counter cyclical fiscal monetary untuk mendorong aggregate demand bisa dijalankan dan efektif," kata Chatib melanjutkan.

Artikel ini sudah terbit di CNN