Indrastuti, Nenek yang Hidup Bareng Seratusan Ekor Ular hingga Tokek

Bunda-Iin-saat-menunjukkan-kecintaannya-kepada-ular-peliharaannya.jpg
([Suara.com/Anang Firmansyah])

RIAU ONLINE, SEMARANG-Indrastuti bukan wanita biasa. Nenek berusia 55 tahun ini sangat menyukai ular. Dia bahkan punya seratusan ekor ular, mulai dari Kobra hingga Piton.

Wanita yang lebih dikenal dengan Bunda Iin mendadak ramai menjadi buah bibir masyarakat dan warganet karena kecintaannya pada hewan reptil termasuk seratusan ular yang dipelihara dari ular berbisa maupun yang tidak.

Nenek berumur 55 tahun ini sudah sejak remaja mencintai berbagai jenis ular yang dipelihara di garasi rumahnya di Jalan Kecamatan nomor 3, Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

Ibu rumah tangga ini tidak sedikitpun merasa takut saat berdekatan dengan ular. Terdengar aneh memang bagi sebagian besar masyarakat. Namun bagi Bunda Iin, hal tersebut menjadi lumrah seperti halnya memelihara kucing.

"Dahulu waktu remaja saat hidup di Magelang saya sering main di sawah. Ketika itu ular yang pertama kali saya pegang adalah ular rangon. Entah kenapa dari situ saya merasa nyaman dan tidak sedikitpun merasa takut. Padahal orangtua saya bukan pecinta ular," kata ibu beranak tiga ini, saat ditemui di kediamannya, Kamis 19 Desember 2019.

Hal itu kemudian yang mendorongnya memelihara hampir seratusan ekor ular di rumahnya. Termasuk diantaranya ular King Kobra dan Kobra Jawa.

"Kalau ular kobra sendiri saya sudah memelihara sejak tahun 2000. Sebelumnya hanya ular jenis biasa. Satu yang menurut saya istimewa Si Merah. Ular king kobra berwarna merah ke orenan yang sudah saya pelihara sejak empat tahunan terakhir," katanya.

Menurut Bunda Iin, king kobra menjadi ular dengan bisa paling mematikan di dunia. Namun dengan teknik yang benar ular tersebut bisa dijinakkan.

"Saya kalau bangun tidur itu langsung ke kandang ular. Hampir keseluruhan waktu, saya habiskan bersama ular. Ibaratnya ada kepuasan tersendiri ketika sedang bersama ular," ujarnya.

Seluruh reptil yang dipelihara Bunda Iin sekitar 150 terdiri dari biawak, ular berbagai macam jenis seperti viper, piton, kobra, colubrid, biawak dan tokek.


"Saya itu pecinta ular, bukan pawang. Jadi jika ada ular yang menurut saya bagus dan menarik pasti saya beli. Tapi tidak pernah saya jual. Jika dirasa sudah cukup, seringkali saya lepas liarkan di lokasi hutan yang jauh dari masyarakat. Itu juga sebagai upaya pelestarian hewan agar tetap ada di alam bebas," lanjutnya yang baru dua tahun ini bergabung di Komunitas Bawor (Banyumas Wong Reptil).

Ia mengaku dahulu kemana saja pergi selalu membawa ular. Agar tidak mencolok, ia menaruhnya di tas selempang yang menyatu dengan dompet dan surat-surat lainnya. Namun saat ini, hal tersebut sudah tidak pernah dilakukannya lagi.

"Saya tidak pernah menghitung berapa habisnya untuk pakan ular dalam sebulan. Kalau dipikir malah nanti bisa merasa eman-eman. Jalani saja, tapi alhamdulillah selalu ada rezeki untuk memberi makan hewan yang juga ciptaan Tuhan ini," katanya.

Kecintaannya pada ular ia turunkan pada salah satu anaknya yang kedua, Indra (32). Ia mengatakan sudah dari bayi berhubungan dengan ular hingga akhirnya ia merasa jatuh cinta pada hewan reptil ini.

"Bunda sudah mengenalkan ular sejak bayi. Ya gimana ga cinta. Cuma kakak dan adik saya biasa aja dengan ular. Tidak secinta saya. Ibaratnya kalau menyenangkan orangtua kan termasuk menjadi ladang pahala juga," katanya.

Tidak ada hal istimewa selama ia puluhan tahun hidup bersama ular, justru kenangan yang tidak bisa dilupakan terjadi pada anaknya yang saat ini berusia delapam tahun.

"Dulu Kirei (anak Indra) saat masih berusia dua tahun terlalu cinta dengan king kobra. Nangisnya baru mau berhenti ketika sudah masuk ke kandang king kobra. Kalau dimasukkan ke kandang ular lain dia masih tetap menangis, tapi tetap dalam pengawasan saya," katanya.

Saat ditanya mengenai fenomena kemunculan ular kobra yang saat ini marak di kawasan permukiman warga, Bunda Iin mengatakan kejadian itu sebenarnya hal yang wajar.

"Ya itu sebenarnya wajar saja, karena memang lagi musimnya berkembang biak. Tahun-tahun sebelumnya juga sama. Cuman entah kenapa tahun ini jadi heboh sekali," katanya.

Menurutnya ketika ular bertelur, sang induk akan meninggalkannya. Kemudian ketika menetas akan keluar dan mencari makan sendiri. Mungkin kebetulan saja hingga ada bibit ular yang masuk mencari makan hingga ke dalam rumah warga.

Meski bergitu, dia membagi tips kepada masyarakat yang kebetulan sekitar rumahnya ada ular, baik itu jenis kobra maupun lainnya.

"Mitos yang beredar kan ular takut sama garam. Sebenarnya itu salah dengan menabur garam di sekitar rumah, tidak akan berpengaruh apa-apa. Kalau mau mengantisipasi malah harusnya dengan menabur bubuk karbit. Karena baunya yang menyengat. Ular tidak suka bau menyengat."

Dia juga menyarankan, ketika berpapasan dengan ular sebaiknya warga tidak panik dan takut.

"Ketika menjumpai ular langkah harus diambil jangan panik. Ular akan bereaksi ketika ada gerakan mendadak. Ambil sapu atau kayu yang ada, pastikan yang diamankan dahulu adalah kepalanya. Kalau sudah dirasa membahayakan bagi orang itu dibunuh saja daripada mati konyol."

Pun saat tergigit ular, Bunda Iin yang sudah beberapa kali terpatuk ular berbisa menyarankan agar jangan bergerak berlebihan.

"Jika sudah terlanjur digigit, jangan banyak bergerak di bagian yang terkena gigitan. Langsung bawa saja ke dokter. Kita masih punya waktu untuk bisa selamat dari bisa ular," katanya.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com