4 Kasus Pembunuhan WNI Ini Gemparkan Dunia

foto-Sumarti-Ningsih-dan-Seneng-Mujiasih.jpg
(LIPUTAN6.COM/AFP PHOTO/PHILIPPE LOPEZ)

RIAU ONLINE - Kasus pembunuhan sadis yang dilakukan pria asal Inggris, Rurik Jutting menggemparkan dunia. Korbannya adalah dua warga negara Indonesia, Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena Ruri alias Seneng Mujiasih yang tengah mencari penghidupan di Hongkong.

 

Jasad keduanya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, ditambah lagi penyiksaan di luar batas yang dilakukan si pembunuh, seorang pecandu kokain yang kadarnya membuat orang normal jatuh koma.

 

Ningsih, perempuan 23 tahun yang juga dikenal sebagai Alice adalah korban pertama, dibunuh pada 27 Oktober 2014 dini hari. Foto mengerikan pelaku memegang kepala perempuan asal Cilacap itu tersimpan dalam ponsel iPhone-nya. Pose sadis itu diambil sebelum Jutting menjejalkan jasadnya di koper.

 

Berselang lima hari, bankir lulusan University of Cambridge itu menjebak Seneng Mujiasih (26) ke flat mewahnya di Distrik Wan Chai pada 31 Oktober 2014.

 

Tak hanya Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena Ruri alias Seneng Mujiasih yang menjadi korban pembunuhan sadis di luar negeri. Ada sejumlah WNI menjadi korban yang dibunuh orang asing atau sesama WNI. Berikut empat pembunuhan sadis WNI yang gemparkan dunia

 

Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih

 

Pada Kamis, 27 Oktober 2016, kemarin, Pengadilan Hongkong memperlihatkan sebuah video rekaman Rurik Jutting, sesaat setelah menyerahkan diri ke polisi.

 

"Aku masih ingat peristiwa itu. Aku bisa mengingat saat menyerangnya, membunuh, dan menyembunyikan jasadnya. Aku masih bisa mengingat apa yang kupikirkan saat itu, namun tak bisa menjelaskannya," kata Jutting dalam rekaman dilansir dari Liputan6.com, Jumat, 28 Oktober 2016.

 

"Tak ada alasan pemaaf atas perbuatanku menyiksanya, membunuh, dan memasukkan jasadnya ke koper. Kebutuhan dan rasa lapar untuk itu (membunuh), kian bertambah setelah aku mengonsumsi kokain," kata pria berusia 31 tahun itu.

 

 

Rurik Jutting Pelaku pembunuhan Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih (LIPUTAN6.COM)

 

Jutting mengaku hanya membunuh dua orang dan tak ada korban lain. Meski merasa bersalah, pria berkacamata itu mengaku menikmati prosesnya.

 

"Kombinasi alkohol, kolain, dan penyiksaan fisik secara bersamaan memberikan sensasi kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya, dari apapun," kata Jutting.

 

Terdakwa tak mengaku awalnya tak berencana menghabisi Sumarti Ningsih. Kata Jutting, perempuan itu hanya kebetulan 'berada di tempat yang salah'.

 

Setelah menghabisi dua WNI, Jutting sempat berteriak-teriak dan mengacungkan pisau ke sejumlah pengguna jalan di depan apartemennya dan kemudian menghubungi polisi untuk menyerahkan dirii. "Sebelum memutuskan untuk menyerahkan diri, aku menjatuhkan pisauku," kata Jutting.

 

Kepada polisi, ia juga menyerahkan telepon genggamnya. "Aku berkata pada mereka (aparat) ada sejumlah bukti di dalamnya."


 

Mayang Prasetyo

 

Febri Andriansyah, yang mengubah namanya sebagai Mayang Prasetyo setelah memutuskan untuk hidup sebagai perempuan, dari lampung kemudian tinggal di Australia. Namun, di negeri Kanguru itu ia malah kehilangan nyawanya secara tragis.

 

Suatu hari, polisi dipanggil ke kompleks apartemen tempat Mayang tinggal dengan suaminya, Marcus Volke, di Teneriffe, Queensland. Para tetangga mengeluhkan bau busuk luar biasa yang berasal dari sebuah unit apartemen.

 

Pada 4 Oktober 2014, polisi datang dan terkejut bukan kepalang ketika menemukan jasad Mayang yang tewas mengenaskan. Tubuhnya dimutilasi dan sebagian ada di dalam panci yang sedang dimasak sang suami yang berprofesi sebagai koki.

 

Mayang Prasetyo bersama suaminya sekaligus pelaku pembunuhan, Marcus Volke (LIPUTAN6.COM/FACEBOOK)

 

Volke sempat kabur dengan melompat pagar belakang. Dia kemudian berlindung di gerobak sampah. Lalu, Volke ditemukan meninggal dunia beberapa ratus meter dari lokasi apartemennya dengan luka sayaatan di leher, diduga Volke bunuh diri.

 

Sebelumnya, Mayang diketahui berprofesi sebagai penghibur. Perempuan asal Indonesia itu berpenghasilan hingga 500 dolar Australia atau sekitar Rp 5,3 juta per jam.

 

Berdasarkan pengakuan di akun faceboonya, entah benar atau tidak, Mayang tengah menemupuh pendidikan di RMIT University dan pernah mengemban studi di Ghetto University dan BPI 1 Bandung. Lalu ia sedang bekerja di Le Femme Garcon.

 

Pada 2013, Mayang menikah dengan chef Peter Volke setelah bertemu di sebuah kapal pesiar dan pindah ke Brisbane. Pasangan ini sebelumnya tampak harmonis di apartemen berdesain modern Ternerrife selama tiga bulan.

 

Kekejaman yang dilakukan Volke sangat bertolak belakang dengan kampanye yang ia lakukan sebelumnya. Lelaki yang berprofesi sebagai koki itu, sebelumnya dikenal sebagai pria yang gencar menyuarakan anti-kekerasan terhadap wanita.

 

Miming Listyani

 

Kamis 7 April 2016, jelang tengah malam, Miming Listyani ditemukan di dermaga Cabarita, Sydney dengan jasad mengapung tanpa sehelai benang dan luka robek di wajahnya. Polisi datang ke dermaga menyusul teriakan panik pada pukul 23.30 waktu setempat.

 

Tak jauh dari jasad perempuan 27 tahun itu, berdiri bertelanjang teman laki-lakinya, Khan Thanh Ly, yang dituduh sebagai pembunuh Listyani. Ia sempat mencoba lari, tapi berhasil diringkus.

 

Miming Listyani (Liputan6.com/Instagram Miming Listyani)

 

Paramedis sempat mencoba menyelamatkan nyawa korban, namun mereka memastikan, bahwa Listyani tewas beberapa waktu sebelum tim darurat tiba.

 

Kekasih Listyani, Ly menarik perhatian publik karena perannya sebagai 'letnan' dalam jaringan sindikat obat terlarang Bali Nine. Ia bahkan pernah jadi teman SMA Myuran Sukumaran. Keterlibatan dengan Bali Nine membuatnya ia divonis tahanan selama 7 tahun pada 2007.

 

Menurut teman dekat Listyani, pasangan itu dekat satu sama lain. Bahkan, bekas pengedar obat bius itu pernah beberapa kali ke Jakarta, berdua saja. Namun, perempuan tersebut merahasiakan hubungan mereka dari teman-teman Listyani, karena latar belakang Ly yang buruk.

 

Gina Sutan Aswar

 

Pada 10 Oktober 1995, di musim panas yang terik, seorang spekulator yang membeli seluruh isi sebuah gudang dalam lelang diadakan karena pemilik fasilitas penyimpanan tak sanggup membayar sewa, menemukan tiga jasad manusia.

 

Pembeli itu mengendus bau busuk dan kemudian menemukan sesosok jasad yang dibungkus plastik dan dililit selotip lebar. Tak berapa lama kemudian, polisi menemukan dua jenazah lainnya.

 

Temuan itu sontak membuat gempar penduduk San Fernando Valley. Jasad-jasad itu terurai parah, sehingga butuh waktu sebulan bagi petugas koroner untuk mengidentifikasinya.

 

Belakangan terkuak, ketiga jasad tersebut adalah Eri Tri Harto Darmawan (26), Gina Sutan Aswar (30), dan Surish Michandani (40). Ketiganya dilaporkan hilang pada 1991 dan 1992.

 

Harnoko (Oki) Dewantono, Pelaku pembunuhan Gina Sutan Aswar (LIPUTAN6.COM)

 

Pada Januari 1995, aparat Indonesia menangkap Harnoko (Oki) Dewantono. Dalam pemeriksaan, Oki mengaku menghabisi Eri yang adalah adik kandungnya sendiri, juga Gina, rekan bisnisnya.

 

Sepulang dari Paris pada musim gugur 1992, Gina bernait mundur dari kesepakatan bisnisnya dengan Oki. Keputusan itu membuat pelaku murka dan menghabisi nyawa Gina. Sementara Eri dibunuh saat kakak adik itu mengalami pertengkaran hebat.

 

Namun, Oki tidak mengaku membunuh Michandani, yang membeli usaha laundrinya secara utang seharga US$ 100 ribu namun mengabaikan tempat itu setelah tujuh bulan.

 

Menurut Oki, Almarhum Eri yang membunuh Michandani. Namun, polisi tak serta mempercayai pengakuan itu. "Ini adalah kasus besar di sini (Indonesia). Mirip kasus O.J. Simpson," kata detektif Ted Ball yang mengepalai penyelidikan.

 

Kasus tersebut juga heboh di AS, bahkan dunia. Setelah divonis mati Pengadilan Amerika Serikat, Oki kemudian dipindah ke Indonesia.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline