Cantiknya Aokigahara, Hutan Terfavorit untuk Bunuh Diri

Aokigahara-Hutan-Bunuh-Diri.jpg
((Suara.com/Vania))

RIAU ONLINE-TOKYO-Gunung Fuji menyimpan keindahan nan eksotis di Jepang. Di kaki gunung itu pulalah terdapat hutan Aokigahara yang terkenal sebagai tempat bunuh diri.

Awalny tak ada prasangka apa-apa ketika Suara.com memasuki hotel Jiragonno Fuji No Yakata, yang menjadi tempat menginap rombongan wartawan "Smartfren International Roaming - Japan Experience" saat berada di kawasan kaki Gunung Fuji.

Hotel yang memiliki onsen atau pemandian air panas publik itu hanya terkesan tua namun terawat. Ada satu lorong berdinding kaca yang menghubungkan antara lobi dan lift yang selalu remang-remang, meski area di antaranya terang benderang.

Keesokan harinya, kami baru sadar kalau ternyata tepat di samping hotel ini ada sebuah hutan yang cantik. Kebetulan, dini harinya turun salju, sehingga pohon-pohon yang tinggi dan ramping tersebut tampak semakin cantik dengan sisa salju di ranting yang tampak seperti butiran garam. Tentu saja hutan tersebut langsung menjadi spot selfie untuk Suara.com dan beberapa wartawan lainnya.

 

Aokigahara, Hutan Bunuh Diri yang Cantik Jadi Spot Selfie

Aokigahara Hutan Bunuh Diri. (Suara.com/Vania)




Ternyata, hutan tersebut cukup luas. Sepanjang perjalanan dari hotel menuju Iyashino Sato Nemba, kami masih bisa melihat hutan tersebut di sepanjang pinggir jalan yang dilalui. Di perjalanan itulah kami baru tahu kalau hutan cantik tempat foto selfie kami tadi adalah Aokigahara, hutan bunuh diri yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia.

Dalam bahasa Jepang, Aokigahara berarti 'lautan pohon di Gunung Fuji. Konon, jika angin meniup pepohonan di sana, terlihat seperti ombak di laut. Hutan yang diperkirakan berusia sekitar 1200 tahun ini dikenal sebagai tempat bunuh diri populer di Jepang karena 'murah'.

 

Kenapa disebut murah?

Lho, kok murah? Iya. menurut tour guide kami, Andi, mahasiswa Indonesia yang telah 7 tahun menetap di Jepang, jika orang bunuh diri di rel kereta, hal itu akan membuat perjalanan kereta di seluruh kota jadi terhambat karena proses evakuasi. Untuk itu, pemerintah kemudian akan mendenda keluarga orang yang bunuh diri karena telah mengakibatkan kekacauan dan keterlambatan transportasi di kota.

Nah, dengan bunuh diri di hutan Aokigahara, dendanya tidak akan semahal kalau bunuh diri di rel kereta, karena memang proses evakuasinya lebih sederhana.

Jepang, diketahui sebagai salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia. Dan dengan semakin populernya Aokigahara sebagai hutan bunuh diri, pemerintah Jepang pun mulai melakukan berbagai upaya untuk mencegah orang-orang yang datang ke sana dengan niat untuk bunuh diri. Menurut Andi, salah satunya dengan memasang banyak tulisan motivasi atau penyemangat di berbagai pintu masuk hutan, yang diharapkan dapat mengurungkan niat mereka untuk bunuh diri.

Setiap beberapa waktu sekali, polisi dibantu relawan setempat menyisir kawasan hutan untuk melakukan pencarian mayat. Saat pencarian tersebut, biasanya ditemukan tas ransel yang ditinggalkan pemiliknya, botol-botol sake kosong, atau benda-benda lain peninggalan orang-orang yang putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya di sana.


Kawasan di dalam hutan sangatlah gelap akibat tinggi dan rapatnya pohon di sana. Bahkan, tak ada hewan yang tinggal di dalam hutan tersebut. Para wisatawan ataupun pendaki gunung yang menjelajahi Aokigahara harus menggunakan selotip plastik atau apapun untuk menandai jejak mereka agar tidak tersesat.

Tertarik jalan-jalan menyusuri Aokigahara? Tidak akan mudah, sih, karena hampir semua pintu masuk saat ini dijaga oleh polisi, dan setiap pengunjung yang datang akan menghadapi interogasi ketat karena dicurigai berniat melakukan bunuh diri di dalam hutan.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com