Sanksi FIFA Harus Jadi Awal Reformasi Total PSSI

RIAUONLINE, Jakarta - Pengacara terkemuka Todung Mulya Lubis menyatakan lewat media sosial Twitter bahwa sanksi FIFA harus menjadi awal mula reformasi total di tubuh federasi sepak bola Indonesia, PSSI.

 

"FIFA telah menjatuhkan sanksi. Sekarang reformasi total PSSI harus dimulai, dan jangan tanggung," kata Todung melalui akun @todunglubis hanya beberapa jam setelah FIFA mengirimkan surat sanksi kepada PSSI pada Sabtu (30/5).

 

Todung yang pernah menjadi Ketua Komite Etika PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin kemudian melanjutkan pernyataannya dengan harapan untuk kompetisi dan sepak bola Indonsia.

 


"Membayangkan klub sepakbola menjadi PT Tbk, dgn modal utama fanatisme akan klub. Klub sepakbola akan berhasil kalau disertai dengan sistem pembinaan dan kompetisi yang sistematis dan teratur," demikian dinyatakan Todung.

 

Namun, Todung juga mewanti-wanti agar pemerintah tidak membawa sepak bola ke ranah politik. "Pemerintah dan PSSI yg baru harus roadshow ke semua perusahaan konglomerat untuk mendiskusikan pengelolaan klub sepakbola.

 

"Kita seharusnya belajar dari pengalaman masa lalu. Jangan bawa sepakbola ke politik. Itu akan berbahaya. Sepakbola itu apolitik." Todung bukan satu-satunya ahli hukum yang berkomentar positif terhadap sanksi FIFA untuk Indonesia tersebut. Mantan Ketua Mahkamah Konsistusi, Mahfud MD, juga menyatakan hal senada dengan Todung.

 

"Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. Perbaiki segera PSSI. Setelah beres daftar lagi ke FIFA," kata Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd. Sementara itu, pakar tata negara, Refly Harun, pada Jumat (29/5) juga sempat mengatakan bahwa sanksi FIFA adalah obat pahit yang diminum untuk menyembuhkan sepak bola Indonesia.

 

Refly mengatakan, saat ini ada empat hal yang harus dibenahi dalam sepak bola Indonesia, yaitu mafia sepak bola, pengaturan skor pertandingan, suap, dan pencucian uang. "Negara tidak boleh membiarkan prilaku yang seperti itu dan harus melakukan intervensi. Jika tidak, maka negara tidak hadir untuk melindungi masyarakat sepak bola."

Baca Selengkapnya Ucapan Refly: Jangan Takuti Indonesia dengan Sanksi FIFA