Fenomena Live TikTok Mandi Lumpur hingga Mengemis, Ini Penjelasan Psikolog

Mandi-Lumpur.jpg
(TikTok)

Laporan Tika Ayu

RIAU ONLINE, PEKANBARU-TikTok merupakan platform hiburan yang menyediakan berbagai fitur, mulai video singkat hingga fitur tayangan langsung atau yang disebut Live Tiktok.

Aplikasi TikTok menurut  survei  Sensor Tower di Store Intelligence Data untuk Q1 2022, jadi aplikasi yang tinggi peminat dengan total  3,5 miliar unduhan di seluruh dunia melampaui  aplikasi Instagram. 

Dengan berbagai fitur interaktif di dalamnya,  fitur Live menjadi salah satu yang banyak dimanfaatkan pengguna (user),  mulai dari berjualan,  edukasi,  question and answer (QnA) hingga menjadi 'lumbung' meminta-minta.

Istilah  'lumbung' meminta tersebut diartikan karena kontennya berisi mengemis dengan menunjukan kesulitan, memohon belas kasihan, menunjukan kondisi ekonomi yang bertujuan untuk  mendapat gift. 

Lebih lanjut, interaksi timbal balik dengan gift-gift yang terkumpul,  pemilik akun dapat menukarnya menjadi keuntungan komersil.

Fenomena 'lumbung' meminta-minta hingga kini terjadi terus-menerus dan eksis,  selalu santer dari perhatian publik, dan hal ini dapat dijelaskan dengan pendekatan psikologi. 

Pengamat Psikologi dari Universitas Islam Riau (UIR) Sigit mengatakan bahwa kegiatan live terdapat hakikat  reward dan  punishment. Lanjut, Sigit menjelaskan di sana ada kecenderungan mengulang  sesuatu tindakan apabila orang tersebut mendapat ganjarannya atas tindakannya itu. 

"Orang akan senang jika mendapat like (gift, red) atau reward lainnya dan cenderung akan sedih jika diabaikan," ujarnya saat dihubungi via WhatsApp, Jumat, 15 Juli 2022. 

Dari dominannya  reward atas tindakan tersebut, kata Sigit, maka terbangunlah keyakinan baru berbuntut pada kebiasaan baru. 

"Kalau menguntungkan, pasti membikin candu"


Sedangkan untuk perilaku memberi gift pada konten-konten meminta, Menurut kacamata Psikologi   cukup sulit dijelaskan motifnya, karena menurut Sigit, sangat sulit menggeneralisir motif manusia. 

 


Walaupun demikian bisa dilihat dengan  pendekatan yakni elaborasi comfort zone atau familiaritas. 

"Manusia itu suka dengan hal-hal yang sudah familiar bagi dirinya dan cenderung menutup diri untuk hal baru,".
Sigit mengoperasikan fenomena ini dengan perilaku memilih tontonan film di platform film.  Lanjut, makanya daripada bingung film mana yang hendak ditonton,  ada kecenderungan memilih tontonan yang sudah diketahui dan mungkin film yang sudah ditonton berulang kali.

"Konsep ini mungkin bisa direfleksikan pada penonton TikTok live dengan konten live yang kurang lebih sama,"