Pengamat: Tak Perduli Langgar Demokrasi, AHY Tolak yang Bertentangan Dengannya

Nasri-Fiesda.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Riau, Rawa El Amady, menjelaskan gaya politik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terkesan hanya memilih dan menjadikan pejabat publik sebagai ketua DPD Demokrat.

 

Menurutnya, AHY menggunakan kerangka pikir yang pragmatis. Ia menambahkan, secara logika bagaimana mungkin seseorang memenangkan partai jika tak bisa jadi pejabat publik, tak bisa memenangkan dirinya sendiri. 

 

"Pejabat partai yang tidak menjabat baik di legislatif atau eksekutif,  langkahnya terbatas. Mereka yang mengerti tentang psikologi masyarakat pemilih, ya mereka yang cenderung dekat kepada orang yang menjabat. Kalau tak menjabat ya jauh dari pemilih," terangnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 21 Juni 2022.

 


Sehingga, tambahnya, secara logika hanya orang yang menjabat yang memungkinkan memenangkan suara partai dalam pemilihan.

 

" Orang yang tak menduduki jabatan politik baik di DPRD atau kepala daerah, tak memungkinkan memenangkan partai, kemungkinannya kecil sekali," ujar Rawa.

 

Tak hanya itu, menurut Rawa, ada juga logika balas budi dalam artian orang-orang yang menang di pemilihan itu yang berkontribusi kepada Demokrat, karena berhasil menambah kursi dari Demokrat.

 

 

"Itu logika sederhana yang dibangun oleh AHY. Dia itu seorang tentara jadi sangat pragmatis cara berpikirnya, jadi yang bertentangan dengannya dia akan tolak. Tak peduli melanggar demokrasi atau tidak," tandasnya.