Haru, Sudah Tak Ada Harapan Hidup, Pasien Pilih Dituntun Masuk Islam

Pasien-di-rumah-sakit-Kota-New-York.jpg
(SuaraSulsel.id/Dokumentasi Imam Shamsi Ali)

RIAU ONLINE, NEW YORK-Pasien di sebuah rumah sakit di New York, Amerika Serikat, membuat Imam Shamsi Ali bergetar. Karena tiba-tiba minta dibimbing masuk agama Islam. Saat dokter dan keluarga sudaha putus asa. Mengaku peluang sembuh dan hidup sudah tidak ada lagi.

Hal ini diungkapkan Imam Shamsi Ali dalam unggahannya di media sosial, Kamis 3 Maret 2022.

"Indahnya hidayah Allah. Satu hal yang paling indah dalam hidup seseorang adalah ketika hidayah tiba justeru di akhir-akhir hayat," tulisa Imam Shamsi Ali.

Pasien inisial MG, kata Shamsi Ali, menunggu keputusan keluarga untuk menyetujui life support atau alat penunjang hidup yang melekar ditubuhnya dicabut.

Dokter mengusulkan demikian. Karena menurut mereka tidak ada lagi harapan sembuh dan hidup. Pasien tersebut juga sudah pasrah. Karena memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sebagai rohaniwan di rumah sakit NY, Imam Shamsi Ali seperti biasa berkunjung ke rumah sakit untuk memberikan words of courage (motivasi) dan doa kepada para pasien.

"Dan itu saya lakukan tidak hanya untuk pasien Muslim. Tapi juga non Muslim biasanya didoakan kesembuhan dan kuat/sabar menghadapi ujian (sakit)," kata Shamsi Ali.


"Hari ini saya ketemu dengan seorang pasien yang Sudah berbulan-bulan di rumah sakit karena kanker darah. Dan itu kanker itu sudah menyerang semua anggota tubuhnya, hingga ke otak. Sehingga para Dokter angkat tangan dan orang ini pun hanya hidup dengan life support,".

Tapi yang menakjubkan walau hidup dengan life support orang ini selalu merespon. Walau tidak mampu bergerak lagi. Tapi suara dari mulutnya masih jelas dan nampak sangat bersemangat.

"Hari ini saya kembali mengunjunginya sebenarnya untuk memberian semangat. Tiba-tiba saja beliau mengatakan 'I want to become a Muslim',"

Imam Shamsi Ali mengaku sangat berhati-hati. Sebab jangan sampai dianggap berada di rumah sakit untuk tujuan mengkonversi orang ke agama Islam. Ini tentunya bukan tujuan dari pelayanan spiritual atau “chaplaincy”.

Tapi karena keikhlasan dan kemanisan hati pasien, akhirnya Imam Shamsi Ali meminta waktu 15 menit untuk dia memikirkan.

"Saya meninggalkan dia untuk memberikan waktu bagi dia melakukan perenungan".

Beberapa saat kemudian Imam Shamsi Ali kembali dan bertanya: “are you sure ready to become a Muslim?”. Jawabnya mantap: “yes I am ready”.

Alhamdulillah pasien tersebut bersyahadat. Yang mengagumkan lagi, selama ini hampir suaranya tidak kedengaran karena sangat lemah. Tapi ketika bersyahadat suara pasien jelas dan seolah sehat seketika. "Allahu Akbar," tulis Imam Shamsi Ali dikutip dari suara.com

"Kini Saudara kita ini telah bersyahadat dan menjadi Muslim. Semoga dikarunia kekuatan. Apapun keputusan Allah dalam beberapa waktu ke depan ini Semoga yang terbaik".

Imam Shamsi Ali mengaku baru kali ini membimbing seseorang bersyahadat dengan getaran yang luar biasa. Imam Shamsi merasakan suatu keindahan dan kebahagiaan.

"Semoga Allah jaga hatinya dan kalau sekiranya harus kembali ke rahmatNya, insya Allah semoga beliau husnul khatimah. Mohon doa yang terikhlas. Niatkan untuk seorang Saudara, tanpa mengenal namanya sekalipun. Privasi di Amerika sangat terjaga. Amin ya Rabbal alamin!"