5 Konferensi Negeri Pada Era Kolonial Melayu

muslim-melayu.jpg
(FOTO/Wikicommon)

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Islam masuk ke tanah Melayu Riau beriringan dengan adanya hubungan niaga timur tengah dengan kawasan Kampar pada abad ke-7.

Namun pada abad awal keislaman yang dibawa nabi Muhammad SAW belum leluasa bergerak di kawasan ini karena pengaruh kuat Buddha dihadang dinasti tang di Cina berkaitan dengan dominasi perdagangan.

Meskipun demikian, Islam makin merasuk ke tanah Melayu dengan berbagai kelebihannya sehingga menjadi dasar bagi pengembangan peradaban Melayu. Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Indonesia, 5 konferensi negeri pada era kolonial Melayu, simak ulasannya berikut ini.

Kedaulatan Melayu Islam di Riau

Pengaruh Islam yang memuncak dengan kejayaan Melaka pada abad ke-14, diiringi oleh mulai mencengkram nya pengaruh kolonial asing. Kenyataan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh

Pada suatu masa kemudian, pengaturan kehidupan masyarakat di kuantan dan Senggigi dikendalikan oleh konferensi negeri yang dinamakan Rantau Nan

 

Oso Kurang Duapuluh. Meskipun masing-masing negeri memiliki otonomi tersendiri, permasalahan antar foto dilaksanakan melalui musyawarah orang gedang di teluk kuantan yang dipimpin Datuk Bisai.

Andiko Nan 44


Pemerintahan Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar kiri, Kampar kanan, serta Rokan yang semuanya berjumlah 44 negeri. Pemerintahan Andiko Nan 44 diperkirakan berdiri pada tahun 1347.

Pusat pemerintahan Andiko Nan 44, berada di muara Takus. Pemerintahan pertama dipegang oleh Datuk Simarajo Dibalik dari suku Domo.

Dalam melaksanakan pemerintahan, ya dibantu oleh satu lembaga kerapatan yang merupakan utusan dari 4 suku yaitu Datuk Rajo Ampuni dari suku Peliangatahan, Datuk Majolelo dari suku Domo.

Datuk Malingtang dari suku Caniago dan datuk Paduko Rajo dari suku Melayu. Bentuk kepala pemerintahan di tiap-tiap negeri ditunjuk seorang penghulu pucuk sebagai kepala kerapatan.

Gunung Sahilan

Indonesia, 5 konferensi negeri pada era kolonial Melayu selanjutnya adalah Gunung Sahilan. Kerajaan Gunung Sahilan diperkirakan berdiri pada abad ke-16. Wilayahnya dibagi menjadi 3 Rantau.

Pertama Rantau Daulat dari muara langgai sampai ke muara Singingi dengan kampung-kampung nya. Kedua Rantau Indo Ajo, mulai dari muara sini sampai ke muara sawah disebut Indo Ajo dengan nama negerinya adalah Lubuk Cimpur. Ketiga, Rantau Andiko yaitu dari muara sawah sampai ke pangkalan yang 2 Laras dengan negeri-negeri kuntu dan sebagainya.

Kerajaan Tambusai

Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang tua di tanah Rokan. Ibu negerinya terletak di dalu-dalu tidak diketahui secara pasti tahun berdirinya namun diperkirakan setelah masuknya Islam di daerah Kampar. Raja pertama kerajaan Tambusai adalah Sultan Mahyudin. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh orang besar kerajaan.

Pada masa Sultan Abdullah atau Sultan ke-4, diadakan perpindahan pusat pemerintahan dari karang besar ke Kuala Tambusai. Perubahan penting yang ada pada masa Sultan ini selain pemindahan pusat pemerintahan tidak ada, begitu juga struktur orang besar tetap seperti pada masa Sultan Zainal. Dalam tarombo sirip pegangan Raja Tambusai, dijelaskan bahwa kerajaan Tambusai sejak berdiri telah diperintahkan oleh 19 orang raja.

 

Indragiri

Kerajaan Indragiri dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari kerajaan keritang. Raja pertama kerajaan Indragiri adalah Nara Singa. Iya adalah anak dari raja keritang terakhir yang ditawan oleh Melaka yaitu Raja Merlang.

Sebagai ibu kota, dipilih suatu tempat yang terletak di tepi sungai di wilayah pekan tua. Nama Indragiri berasal dari nama anak sungai tempat didirikannya kerajaan ini yaitu sungai Pangandarandiri. Daerah kekuasaan kerajaan Indragiri adalah mulai dari Baturijal, sepanjang sungai Indragiri, sungai gangsal dan keritang.

Adapun nama raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Indragiri sebanyak 25 orang, dimulai dari Raja Iskandar alias Nara Singa 1 YouTube oleh Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah. Sultan yang terakhir yaitu Sultan Mahmudsyah, kemudian menyatakan bergabung dengan Indonesia. Oleh pemerintah Indonesia melalui taenia diberikan pangkat Mayor Honarair tahun 1947.

Sekian informasi mengenai Indonesia, 5 konferensi negeri pada era kolonial Melayu. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.

Sumber :

  • Muchtar Lutfi, Ed., dkk., 1977
  • www.lamriau.id