Jernang, Darah Naga Sumber Kehidupan dari Pedalaman Hutan Rantau Kuantan

jernang3.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU-Seulas senyuman mengembang di wajah tua berkumis Milus. Sambil mendongakkan kepala dan menunjuk kearah pepohonan yang menjulang tinggi. Mata lelaki paruh baya itu berbinar membesar. 

 

"Ha ini dia yang namanya buah jernang Jantuang itu," ujarnya setengah berteriak. Usai dua jam menyusuri hutan di sepanjang Sungai Batang Air Buluh, tumbuhan dengan nama latin Daemonorops Draco yang kerap dijuluki darah naga itu pun terlihat. 

 

Tanaman Jernang, atau disebut Jonang dalam dialek masyarakat Kuantan Singingi ini adalah sejenis tanaman rotan berduri yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk-produk kosmetik, obat-obatan dan pewarna pakaian.

 

Memiliki daun menyirip dan berakar tunggal sekilas penampilan pohon jernang terlihat mirip dengan pohon rotan. Namun yang membedakan keduanya adalah bentuk dan warna buah. 

 

Buah jernang memiliki getah dan berwarna merah sedangkan rotan buahnya berwarna kuning dan tidak memiliki getah. 

 

Di dalam hutan, pohon jernang liar dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 6 sampai 7 meter dengan cara merambat dan bergantung kepada dahan pohon didekatnya.

 

Para pencari Jernang liar di hutan biasanya melakukan pemanenan buah Jernang pada pohon yang sudah berumur dua tahun. 

Setelah berumur lebih kurang dua tahun, pohon ini akan mengeluarkan semacam jantung pohon yang nantinya akan pecah menjadi tandan-tandan buah berwarna hitam kemerah-merahan dan bergetah. 

 

Milus juga menjelaskan bahwa jernang sebenarnya merupakan tanaman yang mudah tumbuh di alam liar tetapi akan lebih bagus hasilnya jika benar-benar dipelihara dan dirawat dengan baik. 

 

"Jadi pohon jernang ini di pedalaman hutan selama tidak diinjak-injak babi, tertimpa pohon atau pohonnya dipatahkan ia akan terus tumbuh dan berbuah," ujarnya dengan dialek Kuansing yang sangat kental 


 

Berdasarkan penuturan bapak milus di sepanjang perjalanan menyusuri rimba belantara di pinggiran Sungai Putat, saat ini tanaman jernang merupakan salah satu komoditas tanaman hasil hutan yang bernilai tinggi dan menjanjikan.

 

Satu kilogram buah jernang mentah yang belum diolah saat ini harganya menyentuh angka seratus ribu rupiah kepada pengepul. Sedangkan jika diolah menjadi getah Jernang harga perkilonya bahkan dapat mencapai angka dua juta rupiah. 

 

Tingginya harga buah Jernang di pasaran dan meningkatnya permintaan olahan dan bibit Jernang dari luar provinsi Riau disebut Milus adalah salah satu alasan dirinya untuk memilih meninggalkan pekerjaan sebagai buruh kebun sawit memutuskan untuk menjadi pencari jernang liar sekaligus pembudidaya jernang. 

 

"Bayangkanlah, kalau saya kerja di kebun plasma gaji perharinya hanya delapan puluh lima ribu sedangkan jika saya kerja kayu (membalak hutan -red) paling banyak saya hanya dapat sejuta perminggunya. Sedangkan kalau saya mencari jernang atau membuat bibit jernang, sekilonya saja seratus ribu, sekali masuk hutan saya bisa dapat berkilo-kilo" ujarnya riang

 

Tidak hanya terbatas kepada usaha pencarian dan memunguti jernang yang tumbuh liar di hutan saja. Saat ini bapak dari 4 orang anak ini juga sudah mulai mencoba untuk membudidayakan jernang secara swadaya.

 

Kepada penulis beliau bercerita bahwa sebenarnya usaha pembibitan dan budidaya Jernang ini baru dimulainya dua tahun belakangan. Sebelumnya ia hanyalah pencari Jernang liar yang hanya memanen buah dari jernang yang tumbuh liar. 

 

Ketika itu di tahun 2019 Desa Air Buluh di Kecamatan Kuantan Mudik merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Tanaman Jernang merupakan salah satu tanaman yang dicanangkan untuk ditanam di lahan-lahan kritis waktu itu.

 

Pada momentum tersebut Bapak Milus yang sebelumnya bekerja sebagai buruh sawit dan pembalak kayu di hutan mendapatkan pesanan pengadaan lima ratus batang bibit Jernang Jantuang yang akan ditanam di kawasan hutan Sungai Putat.

 

"Jadi ketika itu pas RHL 2019 orang Dinas memesan lima ratus batang jernang Jantuang. Ketika itu satu polybag bibit dihargai dua puluh lima ribu rupiah. Saya masuk hutan bersama kawan-kawan mencari anakan bibit jernang. Sebagian, setelah pesanan tercukupi jernang-jernang yang tersisa saya masukkan kedalam Vakum untuk dibudidayakan" terangnya. 

 

Berawal dari permintaan pengadaan bibit Jernang dari Dinas Lingkungan Hidup tersebut Milus mulai mencoba untuk mengumpulkan satu persatu tunas anakan dari bawah rumpun jernang yang memiliki kualitas terbaik dan membawanya pulang ke rumah untuk selanjutnya dimasukkan kedalam Vakum atau green house sederhana buatannya. 

 

Seiring berjalannya waktu perlahan-lahan jumlah anakan Jernang yang dikumpulkannya semakin banyak dan jenisnya pun beragam. Saat ini di vakum bibit jernang milik Milus yang terletak tidak jauh dari rumahnnya tersebut sudah terdapat tiga jenis varian Jernang yakni Jernang Jantuang, Jernang Baruak dan Jernang Aceh. 

 

Masing-masing varian jernang tersebut menurut penuturan bapak Milus memiliki karakteristik dan kualitas yang berbeda. Jernang Baruak misalnya, Jernang jenis ini memiliki masa panen yang relatif singkat namun memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan jernang jantuang yang meskipun memiliki masa panen lama tapi memiliki getah yang banyak dan kualitas tinggi. 

 

Adapun menurut varian Jernang Asli atau lokal Kuantan Singingi yang banyak tumbuh di hutan-hutan sepanjang aliran sungai batang air buluh hingga ke batang kuantan adalah Jernang Jantuang yang disebutnya merupakan Jernang terbaik dengan Kualitas getah tertinggi dibandingkan dengan Jernang Baruak maupun jernang Asal Aceh.

 

"Jadi ketika RHL 2019 kemaren itu bibit jernang terbanyak yang didatangkan adalah jernang Super Aceh. Tapi setelah saya bandingkan getah dan buahnya saya menarik kesimpulan bahwa getah jernang yang terbaik adalah getah jernang jantuang yang memang berasal dari sini. harapan saya kalau nantinya program RHL dilanjutkan saya harapkan bibit jernang yang ditanam adalah jenis jernang jantuang yang lebih jelas kualitasnya dibandingkan dengan jenis lain" ujarnya penuh harap.