WHO Sebut Bilik Disinfektan Tidak Bisa Bunuh Virus Covid-19, Ini Alasannya

Tamu-dan-Pegawai-Kejari-Pekanbaru-wajib-lewati-ruang-sterilisasi-disinfektan.jpg
(riau online)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan penggunaan bilik disinfektan untuk menekan penyebaran virus corona SARS-CoV-2 tidak efektif, malah menimbulkan penyakit baru. Hal itu diakibatkan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam cairan untuk mendisinfeksi.


Tujuan mengeliminasi virus pada tubuh pengguna lewat bilik disinfektan dinilai tak akan tercapai, justru malah mengundang berbagai risiko kesehatan.  Alkohol dan klorin, cairan yang disemprotkan dalam bilik disinfektan, berisiko menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut menyemprotkan alkohol dan klorin tidak akan mempan membunuh virus yang sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh.

Selain itu, ada bahan campuran berbahaya lainnya pada desinfectant chamber. Tim peneliti di Sekolah Farmasi ITB menyebut cairan yang digunakan untuk disinfeksi di antaranya adalah dilutedbleach (larutan pemutih atau natrium hipoklorit), klorin dioksida, etanol 70 persen, kloroksilenol, electrolyzed salt water, amonium kuarterner (seperti benzalkonium klorida), glutaraldehid, hidrogen peroksida (H2O2 ), dan sebagainya.

Paparan terhadap cairan disinfektan ini disebut bakal berefek buruk bagi kesehatan. Sebagaimana hasil studi yang dipublikasikan pada JAMA Network Open pada Oktober 2019 menemukan, bahwa sebanyak 73.262 perawat wanita yang rutin tiap minggu menggunakan disinfektan untuk membersihkan permukaan alat-alat medis berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan paru-paru kronik.



Selain itu, WHO menyebut gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) yang terhirup dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan. Sementara penggunaan larutan hipoklorit pada konsentrasi rendah secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan iritasi kulit dan kerusakan pada kulit. Bahkan pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kulit terbakar parah.


Peneliti menekankan, solusi aman untuk pencegahan pemaparan virus SARS-CoV-2 saat ini sesuai rekomendasi WHO adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun. Seusai beraktivitas di luar rumah, segera mandi dan mengganti seluruh pakaian.


"Solusi aman untuk pencegahan pemaparan virus SARS-CoV-2 saat ini sesuai rekomendasi WHO adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun (minimal 20 detik), mandi serta mengganti pakaian setelah melakukan aktivitas dari luar atau dari tempat yang terinfeksi tinggi, serta menerapkan physical distancing (minimal 1 meter)," ujar tim ilmuwan Sekolah Farmasi ITB, seperti dikutip dari laman itb.ac.i, dengan judul 'Tanggapan terhadap maraknya penggunaan disinfektan pada bilik disinfeksi untuk pencegahan COVID-19', Minggu (29/3).

Mencuci tangan harus secara disiplin terus dilakukan terutama usai bepergian ke tempat yang risiko penularannya tinggi, seperti rumah sakit, pasar, dan supermarket. Satu hal lagi yang tak boleh dilanggar yakni menerapkan physical distancing.


Menjaga jarak dalam batas aman ini menjadi sangat penting karena sifat virus yang bisa menginfeksi tanpa gejala. Seseorang yang tampak sehat bisa saja telah terjangkit dan menularkan virus kepada orang lain lewat kontak paparan droplet batuk dan bersin.


Penularan senyap ini menjadi salah satu tantangan besar dalam penanganan wabah COVID-19. Itu sebabnya penting bagi masing-masing individu untuk meningkatkan kesadaran dalam berinteraksi sosial.
Pergi ke luar rumah seperlunya, bekali diri dengan hand sanitizer, dan tidak mendekati siapa pun dalam jarak kurang dari 1 meter. Penanganan wabah merupakan tanggung jawab bersama.

Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com