2 Pelajar Kurir 276 Kilo Sabu, Pengamat: Harus Ada Komitmen Selamatkan Generasi

Irjen-Mohammad-Iqbal53.jpg
(Riau Online/DEFRI CANDRA)

Laporan Sofiah

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Baru-baru ini Polda Riau mengungkap sindikat jaringan narkoba internasional. Mirisnya dari lima para pelaku yang terlibat dua di antaranya pelajar.

 

Meski narkoba menjadi kejahatan extra ordinary, namun, siapapun masih saja terlena sehingga terbuai menjadi pengedar maupun bandar, tak terkecuali pelajar. Pelajar yang dimaksud yakni asal Bengkalis. Keduanya inisial FIR (19) dan BUD (19). 

 

Adanya keterlibatan pelajar dalam kasus narkoba, menjadi pukulan keras bagi setiap elemen. Tentunya, sangat disayangkan di generasi saat ini. 

 

Hal itulah yang disebut Pengamat Kriminologi Universitas Islam Riau (UIR) Syahrul Akmal. "Harus ada komitmen bersama dari berbagai pihak dalam penanganan narkoba. Ini menjadi malapetaka dari dimensi kehidupan," ungkapnya kepada RIAU ONLINE, Sabtu, 4 February 2023.

 

Disesalkannya, narkoba sudah tidak lagi menjadi hal yang berbahaya lantaran hampir setiap hari dan setiap waktu dihadapkan transaksi barang haram itu.

 

Belum lagi, sambung dosen pasca sarjana UIR itu, di lain kasus adanya keterlibatan oknum di kepolisian seperti seorang Kapolda di Sumatera Barat (Sumbar).

 

"Harus ada komitmen bersama sebagai itikad baik untuk menyelamatkan generasi. Kalau aturan ga cukup. Negara sudah overload dari aturan. Sekuat apapun aturan, toh masih ada upaya hukum untuk meringankan mereka yang tersandung narkoba," tegasnya.

 

Dalam pada itu, tidak bisa elakkan, bahwa pengguna masih korban. Logika berpikir marketing, Syahrul sebut, tidak ada penjual jika tidak ada pembeli. 

 

"Semakin banyak minat pembeli. Penjual semakin bergentayangan. Itulah malapetaka dari dimensi kehidupan. Belum lagi kita dihadapkan penculikan anak, jambret, Copet, LGBT, dan lainnya. Kita seolah sedang berlomba-lomba dalam ketakutan yangmana lupa kapan akan berkompetisi untuk masa depan," urainya.

 

Masih kata Syahrul, bahasa Jokowi harus komitmen bersama. Integritas aparat juga dipertanyakan. Tidak saja masyarakat namun juga aparat. 


 

"Hampir semua segi maksiat menjadi ruang dan prospek kerja. Generasi yang akan mendatangkan masalah dan malapetaka," ujarnya.

 

Pada kasus ini, menurutnya, tidak hanya sosialisasi namun terjun ke lapangan. Kemudian, perlu kembali adanya pos ronda baik di desa maupun kota. Serta diberlakukan jam malam bagi para pelajar agar tidak bebas.

 

Ditanya, bagaimana jika ada yang tidak ingin bergabung di pos ronda? Jawabnya, bisa saja dia bagian dari pelaku. Sebab, tidak ingin membantu pengamanan dan pengawasan.

 

"Kejahatan hanya ada dua jika tidak dipelihara ya dibiarkan. Mereka jadi pengguna lalu ke pengedar dan akhirnya merambah jadi bandar," katanya.

 

Dengan penuh semangat, ia pun menyeru, jika memang terbukti barang bukti narkoba langsung saja hukuman mati. "Hukum dan tembak mati saja kan sudah terbukti ada barang buktinya. Apalagi dalam kasus ini ada ratusan kilo gram. Sudah berapa banyak merusak orang," terangnya.

 

Kasus ini, peran orangtua juga diperlukan. Namun, lingkungan lebih berpengaruh. Bisa jadi di rumah anak baik dan tidur tepat waktu, ternyata di dalam kamar sedang main hp dan transaksi.

 

 

 

 

 

 

"Maka dari itu, untuk kontrol lanjut, BNN pun harus terlibat dalam kontrol ini untuk melakukan tes urine ke sekolah. Setidaknya tiga bulan sekali," pintanya.

 

Riau yang luas dengan pesisir dan sudah tidak heran dengan jalur tikus Bengkalis dan Dumai, maka penjagaan di sana pun harus diperketat. Katanya, agar tidak kecolongan terus menerus.