Viral, Inilah Cerita dan Testimoni Pasien Positif COVID-19 di Riau

Virus-corona5.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Wabah penyakit yang disebabkan oleh Corona Virus Disease (COVID-19), bukanlah sebuah konspirasi atau main-main semata saja.

Anjuran dan imbauan pemerintah untuk memakai masker, jaga jarak serta hindari kerumunan banyak orang, sudah seharusnya ditaati dan dipatuhi oleh semua orang dalam kondisi New Normal sekarang ini.

RIAUONLINE.CO.ID memperoleh testimoni dan sudah mendapat izin dari pasien positif COVID-19 atas nama Ibnu Mas'ud, untuk mempublikasikan cerita ia alami dalam melawab virus tersebut dari tubuhnya.

Berikut cerita pegiat travel haji dan umrah tersebut agar pata pembaca mendapat pelajaran dan hikmah serta semoga terhindar dari COVID-19.

Bismillah,

Saya Ibnu Mas'ud Alhamdulillah qhadharallah masih dirawat di RSUD AA akibat terkena wabah covid 19.

Saya ingin berbagi pengalaman bersama saudara saudaraku tentang apa yang saya alami dan apa yg saya rasakan sebelum di vonis positif covid 19.

Awal awal munculnya wabah ini, saya percaya penuh bahwa ini wabah berbahaya dan mudah menyebar. Tapi kebiasaan berjalan dan keluar rumah tidak pernah berhenti. Sering diingatkan agar tetap dirumah dan keluar bila perlu saja. Pakai masker dan sesering cuci tangan, adalah sesuatu yang tidak disiplin dilakukan.

Karena badan ini terasa enak enak saja. Kadang untuk hal yang penting, saya penuhi ajakan kawan keluar utk hanya sekedar ngopi atau sarapan. Duduk tanpa jaga jarak yang aman. Tidak pakai masker yg benar. Masker hanya digantung didagu atau dileher.

Bahkan awal Juli saya ke jakarta untuk urusan yang sebenarnya masih bisa ditunda. Saya yakin saja dengan hasil rapid test yang non reaktif. Padahal juga tahu bahwa rapid test hanya tes awal dan hasilnya tidak 100 % akurat.

Akhirnya tanggal 21 Juli 2020 malam, saya merasakan badan kurang enak. Selera makan mulai terganggu. Esoknya saya langsung ke RS untuk minta dirawat. Setelah diperiksa, dokter sampaikan hasilnya saya terkena DBD.


Dengan trombosit yang turun menjadi 109.000. saya yakin bahwa ini DBD. Selama tiga hari DBDnya diobati Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Hari keempat muncul gejala lain. Batuk disertai dahak berdarah.

Tenggorokan terasa kering. Saya minta dokter periksa lagi. Siang itu juga saya di tes swab dan di foto thorax. Setelah itu langsung dipindahkan ke kamar isolasi. Dengan kondisi dan daya tahan tubuh menurun. Makan sudah susah sekali. Minum air terasa tidak manis lagi.

Sambil menunggu hasil tes SWAB saya minta dipindah ke RSUD AA. Dengan pertimbangan tim pencegahan wabah covid19 nya lebih banyak dan lengkap dan punya bangunan khusus untuk pasien covid19.

Alhamdulilah Ahad malam saya dipindah dengan kondisi cukup lumayan menderita dan rasa badan tidak menentu.

Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riau, langsung diberikan obat, dan infus. Alhamdulillah senin paginya rasa badan lumayan enak. Walau untuk makan masih hilang selera.

Modal zikir, doa dan baca Alquran jadi penambah semangat dan membuat saya bertambah yakin bahwa ini ujian yang Allah berikan. Alhamdulillah sampai hari ke 13 ini kondisi bertambah baik. Dan sudah empat hari infus tidak dipasang lagi.

Saudaraku, dari kejadian yang saya alami diatas. Saya mulai menyadari bahwa selama ini saya sudah banyak lakukan kesalahan. Abai dan cuai untuk patuhi protab covid19. Dan terkadang cenderung meremehkan.

Akibatnya saya sendiri benar benar mengalaminya. Alhamdulillah rupanya apa yang saya alami masih ringan dibanding beberapa pasien covid19 lain, yang juga dirawat digedung yang sama.

Teringat saya dengan nasihat Rasulullah tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi wabah mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan, "Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi antara yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadis: "Janganlah yang sakit dicampur-baurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisir.

Aktivitas inilah yang sekarang dikenal dengan social distance, yakni suatu pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19.

Caranya adalah jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social distance tak hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dalam ibadah.

Dengan demikian, shalat berjamaah di masjid boleh diganti dengan salat di rumah. Salat Jumat pun boleh diganti dengan Salat Zuhur di rumah guna menghindari wabah penyakit.

Inilah yang kemudian dalam hadis yang dijadikan kaidah fikih, yakni la dharara wala dhirar; 'tidak boleh berbuat mudarat dan hal yang menimbulkan mudarat' (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn 'Abbas), dijadikan pedoman untuk menghindari mudarat yang lebih besar.

Hadits ini lah saya tidak serius amalkan dan kerjakan. Walau sudah baca berulang ulang. Padahal disini jelas dan terang bagaimana Rasulullah menjelaskan dan berikan nasihat.

Kesimpulannya, apa yang saya alami ini adalah ujian dan pelajaran berharga perlu saya berbagi kepada saudara saudaraku.

Namanya New Normal bukanlah sesuatu yang kita jalani dengan kebebasan tanpa ikut aturan. Tapi sebuah situasi baru yang kita benar benar harus ikuti dan jaga agar tubuh bisa menghadapi wabah.

Kebiasaan mengusap muka, memasukkan jari ke hidung dan mulut, menggosok gosok mata adalah satu kebiasaan yang sangat berpotensi sebagai pengantar virus kedalam tubuh. Apalagi dalam kondisi tidak cuci tangan sebelumnya.

Mari saudaraku, patuhilah protap pencegahan COVID-19. Jangan nekat untuk mencoba menikmati wabah ini. Karena kondisi daya tahan kita tidak sama.

Jika kita kena, akan ada beberapa orang yang dekat kita juga berisiko kena. Saya sudah membuat empat orang terkena wabah ini. Tanpa tahu kapan dan dimana virus ini masuk ke tubuh mereka. Saya merasa sedih dan menyesal. Gara-gara kelalaian saya, orang lain dan orang terdekat saya ikut merasakan akibatnya.

Semoga Allah angkat virus ini dari tubuh saya dan orang orang yang sedang mengalaminya dan tidak meninggalkan sedikitpun. Aamiin.

Mohon maaf mungkin tulisan ini mengganggu kenyaman dan ketenangan saudaraku.