Jatuhnya Harga Karet dan Sawit Picu Penduduk Miskin di Pedesaan Riau

Petani-Karet.jpg
(GREENPEACE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Jatuhnya harga komoditas perkebunan seperti sawit dan karet memicu semakin bertambahnya penduduk miskin di pedesaan Riau selama 2015. Jumlah penduduk miskin bertambah 64 ribu jiwa dibandingkan tahun sebelumnya, 2014. 

 

Kepala Badan Pusat Statisktik (BPS) Provinsi Riau, Mawardi Arsyad menjelaskan, jumlah penduduk miskin 2015 mencapai 562,92 ribu jiwa. Sedangkan data penduduk miskin 2014 sebanyak 498,28 ribu jiwa. Jika dipersentasekan, Mawardi mengatakan, ada kenaikan sekitar 0,83 persen pada rentang satu tahun.

 

"Selama satu tahun hingga akhir 2015 lalu, penduduk pedesaan memberikan sumbangsih penduduk miskin lebih banyak dibandingkan daerah perkotaan. Penduduk pedesaan bertambah sekitar 49,38 ribu jiwa, sedangkan penduduk miskin kota sekitar 15,26 ribu jiwa," ujar Mawardi, Rabu (6/1/2015). (Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin di Riau Bertambah 64 Ribu Jiwa

 

Ia menjelaskan, peningkatan jumlah penduduk miskin di Riau akibat lesunya perekonomian di Riau selama satu tahun terakhir. Mulai dari jatuhnya nilai tukar Rupiah terhadap kurs Dolar Amerika Serikat, juga jatuhnya harga CPO, hasil migas dan perkebunan lainnya. 


 

"Masyarakat Riau ini mayoritas bekerja dalam sektor perkebunan. Kita tahu selama satu tahun ini harga CPO dan karet anjlok sehingga berakibat menurunnya taraf hidup masyarakat Riau secara umum," jelas Mawardi.

 

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi Garis Kemiskinan. Alasannya, tutur Mawardi, penduduk miskin adalah penduduk memiliki rata-rata pengeluaran per kapita tiap bulannya di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak pula penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin.

 

"Pendapatan perkapita masyarakat Riau itu dihitung terendah tiap bulannya sebesar Rp 417.164. Masyarakat yang tiap bulannya memiliki pendapatan dibawah angka tersebut maka dikategorikan sebagai penduduk miskin," kata Mawardi. (Klik Juga: Fitra: Riau Gagal Manfaatkan APBD 2015

 

Terakhir Mawardi mengatakan angka di atas hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok saja. Karena perhitungan penduduk miskin hanya dihitung dari pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari. "Angka itu hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok saja. Bukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sekunder atau tersier," tandas Mawardi.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline