Berusia Seratusan Tahun, Masjid Ini Tetap Berdiri Kokoh meski Dibangun Tanpa Paku

Brigjen-Kasihan-Rahmadi4.jpg
(Riau Online/Defri Candra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Provinsi Riau khas dengan nuansa budaya Melayu yang kuat di Nusantara selain Malaysia dan Singapura. 

Selain itu, Riau ini merupakan Provinsi penghasil minyak di Indonesia. Tak hanya terkenal dengan minyak atas bawah bumi, Riau juga terkenal dengan sejarah Islam.

Sejarah dan karakteristik tersebut diambil Lewat Masjid tertua di Kabupaten Kampar, Masjid Jami Air Tiris Desa Tanjung Berulak.

Rumah ibadah itu terletak di Pasar Usang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Jaraknya sekitar 13 kilometer (km) dari arah Bangkinang dan 52 km dari Pekanbaru. Usia masjid ini telah merentang lebih dari satu abad. 

Masjid Jami Air Tiris mula-mula didirikan pada 1901. Sejak 1903, masjid tersebut sudah dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan kaum Muslimin.

Pada awalnya, masjid yang berusia 119 tahun itu dinamakan Masjid Gadang. Pemrakarsanya ialah seorang ulama lokal bernama Datuk Engku Mudo Songkal. 

Adapun yang bertindak selaku panitia pembangunannya adalah perhimpunan yang disebut sebagai Ninik Mamak Nan Dua Belas. Artinya, para sesepuh dari berbagai suku yang menghuni kampung setempat.

Pada 1904, para tokoh di sana meresmikan pembukaan masjid tersebut. Masyarakat sekitar mengadakan kenduri dengan menyembelih tak kurang dari 10 ekor kerbau sebagai ungkapan rasa syukur.

Tidak hanya itu, di dalam masjid ini, dapat dijumpai sebuah batu yang berbentuk seperti kepala kerbau yang diletakkan di dalam sebuah bak.


Dulu benda itu difungsikan sebagai salah satu landasan atau bantalan untuk mendirikan tiang masjid, kini batu tersebut diyakini dapat mengobati penyakit.

"Ini dia batu itu, mirip kepala kerbau. Dulu jadi batu landasan. Kini direndam dalam bak dan buat mandi," ujar jamaah Desa Tanjung Berulak, Yadi, Selasa, 16 Januari 2024.

"Disekitar bak, disediakan gayung untuk mandi, dan diyakini dapat menyembuhkan penyakit," pungkasnya.

Dikutip dari Kementerian Pendidikan (Kemendikbud), Masjid Gadang sejak 1946 diubah namanya menjadi Masjid Jami Air Tiris. 

Mulai tahun 2004, bangunan itu resmi terdaftar sebagai salah satu cagar budaya nasional yang dilindungi menurut aturan perundang-undangan. 

Alhasil, masjid ini kian ramai dikunjungi tidak hanya jamaah, tetapi juga para pelancong Muslim, baik dari dalam maupun luar negeri.

Corak arsitektur Masjid Jami Air Tiris menunjukkan adanya perpaduan unsur-unsur budaya Melayu dan Cina. 

Konstruksi utama umumnya terbuat dari bahan kayu. Sekilas, masjid tersebut tampak kontras bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan modern di sekitarnya. 

Kendati demikian, rumah ibadah ini terlihat asri dan anggun. Kelestarian masjid tertua di Riau itu rupanya terus dijaga baik oleh masyarakat maupun pemerintah provinsi setempat.

Masjid Jami Air Tiris memiliki atap yang berbentuk limas. Tampilannya mengingatkan pengunjung pada masjid-masjid tradisional lainnya, seumpama Masjid Demak di Jawa Tengah. 

Seluruh bagian bangunan masjid ini berbahan dasar kayu. Tidak ada besi, termasuk paku, yang membentuk rumah ibadah ini. Dindingnya pun diperindah dengan hiasan berupa ornamen khas Melayu.

Masjid ini selalu dikunjungi wisatawan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. para turis asing yang ke sini terutama datang dari Singapura dan Malaysia. 

Kunjungan menjadi cukup ramai, khususnya pada waktu-waktu bulan puasa dan setelah hari raya Idul Fitri, yakni hari ketujuh yang dikenal sebagai "hari raya puasa enam."