Kenali 5 Periode Humiliation pada Budaya dan Pembangunan Ekonomi China

beijing2.jpg
(pixabay)

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Kombinasi Barat-Timur terjadi melalui proses humiliation yang dimaknai secara nasional dan diterjemahkan sebagai proses untuk mendisiplinkan perilaku pihak-pihak yang merasa dipermalukan dengan cara menyerang dan merendahkan persepsi akan dirinya (self) dan meninggikan persepsi akan orang lain (others) sebagai lebih baik.

Pada akhirnya self tidak hanya mengkonstruksi others sebagai musuh, melainkan juga bagaimana others mengkonstruksi self dalam berbagai cara yang kompleks seperti yang terjadi di China.

Saat ini Riau Online akan membahas mengenai World news, Mari kenali 5 periode humiliation pada budaya dan pembangunan ekonomi China, simak ulasannya berikut ini.

China setidaknya melewati lima periode humiliation, di antaranya :

Masa Perang Opium

Pada fase yang terjadi sejak tahun 1839 hingga 1860 ini China mendapat serangan dari negara-negara Barat, dimulai dari Inggris pada Perang Opium I dan kemudian disusul oleh Prancis di Perang Opium II.

 

Keberadaan negara-negara asing seperti Inggris dan Prancis memaksa China untuk menyepakati beberapa hal, di antaranya adalah partisi wilayah. Adanya partisi ini kemudian berimplikasi pada munculnya kesadaran dalam internal China bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi isolasionis.

Apabila mereka ingin maju, maka cara yang harus dilakukan adalah dengan mempelajari nilai[1]nilai Bara. Ini berdampak pada pembentukan kebijakan pemerintah China.

Para cendekiawan mulai mempelajari nilai-nilai Barat dan rekomendasi dari para cendekiawan ini tertuang dalam regulasi pendirian industri-industri baru di China.

Masa invasi Jepang ke China tahun 1895 hingga 1937

Invasi Jepang ke China telah membawa dampak masuknya budaya dan nilai dari Jepang.Budaya militerisme dan bushido yang dibawa Jepang masuk dan diserap oleh China.

Salah satu kebijakan yang kemudian berkaitan dengan budaya dan nilai di China adalah adanya kebijakan Hundred Days Reform. Peristiwa ini terjadi sebagai bentuk reformasi internal China.

Muncul kesadaran bahwa reformasi yang terjadi di China seperti di era Perang Opium, hanya mengakomodasi nilai-nilai Barat untuk diadopsi. Selain itu, dari dalam China terbentuk rasa nasionalisme yang tinggi. Rasa nasionalisme dan patriotism ini disebutkan bahkan menggeser familialisme, regionalisme, dan lokalisme.

Mirip dengan Korea, rasa nasionalisme dan patriotism yang tinggi ini menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat China memiliki rasa anti terhadap Jepang. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi ini yang membangkitkan semangat pergerakan serta kesadaran masyarakat China dalam bernegara.

Era perang sipil (1927-1950)

World news, Mari kenali 5 periode humiliation pada budaya dan pembangunan ekonomi China

World news, Mari kenali 5 periode humiliation pada budaya dan pembangunan ekonomi China selanjutnya adalah Era perang sipil (1927-1950).Pada periode ini, budaya yang muncul adalah nasionalisme dan patriotisme yang masih begitu kuat sebagai bagian dari dampak invasi Jepang ke China.

Budaya dan nilai ini kemudian terefleksi pada kebijakan One China Policy yang digagas sebagai bagian untuk mencegah lepasnya Taiwan dari China. Seperti diketahui, sejak pecah perang sipil di China yang melibatkan Partai Kuomintang sebagai partai nasionalis dan Partai Komunis China, terjadi peristiwa larinya para pemimpin dan simpatisan Partai Kuomintang ke Taiwan.


Sejak saat itu, Taiwan yang didiami oleh elit dan simpatisan Kuomintang ini menyatakan diri Taiwan sebagai negara yang independen dan bukan bagian dari China.

Menanggapi respon ini, Deng Xiaoping sebagai salah satu elit Partai Komunis China kemudian menggagas One China Policy sebagai bagian dari reunifikasi dengan Taiwan secara damai.

Era Chinese Great Famine mulai tahun 1959- 1961

Perlu diketahui bahwa dimulainya kekuasaan Partai Komunis di China tahun 1949 telah menyebabkan Neo-Konfusianisme dihapus secara total oleh pemerintah China.

Hal ini disebabkan karena Neo-Konfusianisme dipandang sebagai legasi feodal yang merupakan musuh dalam siklus Marxisme. Di fase awal ini, pemerintah China secara total mengadopsi model pembangunan ala Soviet yang berorientasi pada industri sosialisme sebagai garda terdepannya.

Namun kemudian, sejak tahun 1956 pemerintah China mulai menggunakan model pembangunannya sendiri yang berorientasi pada agrikultur, bukan lagi pada industri sosialisme.

Namun demikian nafas sosialisme masih dipertahankan dalam sektor agrikultur, salah satunya yang nampak adalah dari bagaimana hasil pertanian dikumpulkan secara kolektif per daerah untuk kemudian didistribusikan secara adil menurut konsepsi pemerintah China.

Era Revolusi Budaya (1966-1975)

Mao menggagas program lain untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat China. Program baru yang digagas oleh Mao ini dikenal sebagai Revolusi Budaya.

Dalam Revolusi Budaya paham Komunisme dan Sosialisme masih menjadi nilai dan budaya yang diadopsi oleh China.Ini dapat diamati dari salah satu budaya kolektif misalnya dalam hal pertanian, hasil pertanian dikumpulkan secara kolektif dan diserahkan pada pemerintah sebelum kemudian dijual dan hasilnya didistribusikan kembali oleh pemerintah pusat.

 

Hanya saja, perbedaannya adalah jika di Uni Soviet, basisnya adalah buruh, sementara di China basisnya adalah kaum tani. Maoisme masih begitu kuat dalam fase ini, budaya dan nilai yang begitu terlihat kemudian di antaranya family-background oriented dan unquestioning faith and obedience.

Sekian informasi mengenai World news, Mari kenali 5 periode humiliation pada budaya dan pembangunan ekonomi China. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.

Sumber : Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga