BNPB Ajak Mahasiswa dan Akademisi Bersama Cegah Karhutla

BNPB.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Kepala BNPB Doni Munardo mengungkapkan, tahun 2019 lalu, luas lahan yang terbakar di Riau mencapai 90 ribu hektare. Riau bahkan masuk dalam peringkat ketujuh luas lahan yang terbakar sepanjang tahun 2029.

"Dari 90 ribu hektare lahan yang terbakar itu 62 ribu hekteranya ada di lahan gambut. Pengalaman kita, kalau kebakaran lahan di lahan gambut ini sulit pemadamananya. Satu bulan memadamkan api tidak serta merta padam. Baru efektif padam, setelah masuk musim hujan," ujar Doni usai memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau di Riau, Senin 9 Maret 2020 di Halaman Kantor Gubernur Riau.

Apel gabungan ini dilaksanakan untuk melakukan pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau. Sebab saat ini Riau sudah mulai masuk musim kemarau. Untuk itu pihaknya berharap agar tahun ini kebakaran lahan di Riau dapat dicegah sejak awal. Sehingga tidak menguras tenaga dan anggaran dalam melakukan pemadamananya.

"Kita mencoba meningkatkan kemampuan agar di tahun ini bisa kita tekan," katanya.


Pemerintah pusat sudah menerbitkan aturan terkait penanganan Karhutla. Diantaranya adalah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan penanganan terhadap Karhutla.

"Kepala daerah mendapatkan kewenangan sebagai komandan satgas, dibantu dengan Kapolda, Danrem dan bpbd serta pemerintah pusat. Kemudian kolaborasi pemerintah pusat, daerah dan akademisi juga harus berjalan. Tahun ini ada seribu orang mahasiswa yang akan kita libatkan dalam melakukan sosialisasi bahaya Kathuta yang dimasukkan dalam program KKN di perguruan tinggi," ujarnya.

Selain itu, kalangan akademisi juga diminta untuk ikut mensosialisasikan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat agar tidak tergantung pada satu komoditas pertanian saja seperti mengembangkan pertanian Kopi, Nenas dan Lidah Buaya.

"Selain berfungsi sebagai ekologis juga benilai ekonomi. Ini penting untuk mencegah Karhutla," katanya. (*)