IKMR Riau Kompleks Juara Umum PSB 2019

IKMR-RAPP.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PANGKALAN KERINCI -  Tak melupakan adat istiadat kemanapun pergi, sudah menjadi keharusan bagi setiap  orang. Apalagi di masa sekarang, di era teknologi digital dapat membuat adat istiadat tersebut terkikis.  Kekhawatiran akan ancaman terhadap generasi yang akan datang inilah yang menjadi ide dan tema dalam pentas seni. Hal tersebut mengantarkan Ikatan Keluarga Melayu Riau (IKMR) Riau Komplek sebagai Juara Umum Seni Budaya (PSB) 2019. 

 

Ketua Harian IKMR, Deni Firdaus mengatakan mereka juga mengangkat budaya Kuantan Singingi (Kuansing) dalam pameran dan pawai mereka. Mereka menampilkan bagaimana pengantin di Kuansing berjalan bersama beriringan. 

 

“Setiap orang, saat ini sudah terpapar dengan teknologi, setiap hari kita menerima berbagai informasi dari internet dan terkadang tidak ada hubungannya dengan budaya Melayu. Adanya PSB Riau Kompleks ini, menjadi ajang kita untuk memperkenalkan, mengingat budaya nenek moyang. Apalagi dengan kesibukan kita bekerja, tak jarang lupa dengan budaya daerah kita, walaupun kita tetap bekerja di negeri Melayu,” tuturnya.

 

Moment PSB merupakan moment yang berharga bagi banyak orang. Iven tersebut membuat adanya satu kesatuan dalam keberagaman. Keberagaman atapun perbebdaan bukanlah suatu yang harus ditonjolkan. Hal tersebut diungkapkan perwakilan manajemen PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Thomas Handoko dalam penutupan PSB Riau Kompleks 2019 yang bertemakan “Melalui Pentas Seni dan Budaya, Mari kita menjaga Keharmonisan di Riau Kompleks” pada Sabtu (27/10).


 

Kegiatan ini, menurut Thomas, saling menunjukkan kebersamaan, toleransi, saling menghargai dan menghormati. Nilai tersebut adalah warisan untuk para generasi muda. Beragam acara telah ditampilkan sejak 20 hingga 26 Oktober 2019 di Lapangan Merdeka, Kompleks RAPP, Pangkalan Kerinci Pelalawan. 

 

Sebelumnya, saat menyampaikan sambutan pada acara pebukaan pecan lalu, Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan kegiatan PSB di RAPP ini memperlihatkan keberagaman dan kemajemukan Indonesia. 

 

“Seni budaya dari berbagai daerah begitu mempesona, menarik perhatian kita semua,” ujar Edy.

 

Edy menilai Riau Kompleks RAPP memiliki masyarakat yang bijaksana dalam menyikapi perbedaan, menjunjung tinggi toleransi, dan dapat membangun semangat keagamaan dan nasionalisme. Walaupun hidup berdampingan dalam perbedaan, warga sadar bahwa bersatu dalam multikulturalisme ‘Bhinneka Tunggal Ika’, berbeda tapi tetap satu, yaitu bangsa Indonesia.

 

Saat ini ada 11 paguyuban, di antaranya PERMASA (Persatuan Masyarakat Aceh), Himpunan Keluarga Muslim Asal Tapanuli (HIKMAT), Ikatan Keluarga Batak Toba (IKABA), Margasilima, Ikatan Melayu Riau (IKMR), Ikatan Minang Riau Kompleks (IKM-RK), Ikatan Keluarga Nias (IKN), Ikatan Keluarga Asal Sumatera Selatan (IKAS), Pandan Wangi (Asal Pasundan, Jawa Barat), Pagayuban Tunggal Warga (PUNGGAWA), dan Ikatan Keluarga Tiong Hoa (IKT). Setiap paguyuban menampilkan ciri khas seni dan budayanya seperti replika rumah adat, peragaan alat musik, aneka hidangan makanan dan sebagainya. (rls)