Dipolisikan Aliansi Peduli Bali, Arya Wedakarna Sebut Memang Keturunan Raja

Shri-I-Gusti-Ngurah-Arya-Wedakarna-Mahendradatta-Wedasteraputra-Suyasa.jpg
(Foto DPRD RI)

RIAU ONLINE, DENPASAR-Arya Wekardana (AWK) buka suara terkait laporan dari organisasi Puskor Hindunesia, Aliansi Peduli Bali, dan Komponen Rakyat Bali ke Polda Bali soal klaim Raja Majapahit. Kelompok itu merasa AWK telah mengaburkan sejarah kerajaan Majapahit di Bali.


Pria yang memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Arya Wekardana ini membantah dirinya telah mengklaim diri sebagai Raja Majapahit seperti yang disampaikan tiga organisasi itu. AWK justru mengaku dirinya merupakan keturunan Raja Majapahit.


“Belum pernah, tidak ada statemen saya seperti itu (mengaku Raja),” kata AWK saat dihubungi, Selasa 21 Januari 2020.
AWK juga enggan menanggapi pelaporan dirinya ke Polda Bali. Ia menyerahkan penilaian kepada masyarakat.


“Yang pasti sikap saya biasa saja. Tetap fokus bekerja selaku senator. Ini agenda-agenda masih banyak. Jadi enggak papa, itu hak mereka. Ya biasa-biasa saja, kalau enggak salah ini Ngurah Harta (salah satu pelapor) yang kalah (Pileg) DPD itu ya? Itu jadi peserta pemilu ya, masyarakat nilai sendiri saja, enggak papa,” ucapnya.


Namun, AWK memberikan sedikit penjelasan terkait garis keturunan Raja Majapahit yang diperolehnya. Ia mengaku memiliki garis keturunan dari Raja Badung I yang bernama I Gusti Tegeh Kori. Garis keturunan Raja Majapahit ini tertulis dalam babad yang tersimpan di Pura Kawitan Dalem Benculuk Tegeh Kori di Kota Denpasar.


“Kami keturunan Raja Badung pertama, pendiri kerajaan Badung pertama di Bali, dan itu terangkum dalam babad kami. Dalam babad leluhur sejarah kami yang ada di Pura Kawitan Dalam Benculuk Tegeh Kori. Itu jelas kok,” jelas AWK.

AWK menambahkan para keturunan raja tidak membawa nama kerajaan Majapahit di Bali melainkan sebuah organisasi. Para keturunan raja itu tergabung dalam Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori.


Organisasi itu dipimpin oleh Mantan Wakapolda Bali periode 2003-2005 bernama Brigjen Pol (Purn) I Nyoman Gede Suweta. Sementara AWK menjabat sebagai sekretaris jenderal.



“Masyarakat tahu, leluhur saya memang Raja Badung ya dan saya juga bersama masyarakat komunitas Bali yaitu Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori yang memang kita punya leluhur. Leluhur kami adalah Raja Badung pertama yang merupakan keturunan Majapahit dan itu tercatat dalam babad, babad sejarah dari Pasematonan ini," beber AWK.


"Bahkan ketua kami mantan Wakapolda Bali Bapak I Nyoman Suweta, Beliau ketua umum loh. Saya sebagai sekjen, dalam artian, sejarah kami jelas kok, enggak pernah ada kata klaim," tambahnya.


“Tapi kalau orang panggil saya raja, banyak yah, itu hak masyarakat,” tegas AWK.

Mengenai tudingan pelantikan raja pada 2009 di Pura Besakih, AWK mengaku kegiatan itu dilaksanakan atas keinginan sejumlah tokoh Hindu Bali. Saat itu, ada pura di Bali dirusak oknum tertentu kemudian AWK ikut membantu mengatasi masalah itu.


AWK menilai para tokoh Hindu itu kemudian memberikan kepercayaan kepada dirinya agar dapat menyelesaikan kasus SARA. Sebab ada garis keturunan Raja Majapahit yang diembannya.


“Tokoh Hindu dari mana yang memberi gelar (Raja Majapahit) banyak yang memberikan saya gelar. Banyak sekali dan pasti mereka menganggap saya bisa mengayomi mereka. Mungkin karena leluhur saya jelas juga, leluhur saya Raja Badung Pertama I Gusti Tegeh Kori yang merupakan keturunan Raja Majapahit. Jelas semua kok enggak ada masalah,” jelas AWK.


AWK juga membantah dirinya memiliki istana kerajaan. Istana yang dimaksud adalah tempat berkumpul para keturunan Kerajaan Majapahit yang disebut Istana Mancawarna di Tampak Siring di Kabupaten Gianyar.

Namun, AWK mengatakan Istana telah dihibahkan menjadi museum Sukarno sejak 2011.

“Enggak itu Istana Mancawarna, yang memberikan gelar itu dari pendeta-pendeta yang memberikan gelar. Itu kan jadi museum Bung Karno sekarang, itu kantor kami, bukan ada kerajaan, namanya Istana Mancawarna atau The Sukarno Center yang itu juga pada saat peresmiannya dihadiri oleh Ibu Sukmawati Soekarnoputri dan Wakil Gubernur Bali (Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga),” bebernya.


AWK juga membantah memiliki pengikut seperti kerajaan-kerajaan lain. Dalam organisasi Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori, memang ada komunitas yang mengayomi masyarakat. Namun bukan untuk mengabdi.


“Enggak ada (pengikut) saya punya saudara-saudara, kalau mau mengikuti terserah saja, yang penting saya tidak pernah klaim. Saya hanya anggota DPD, saya wakil rakyat, saya punya leluhur raja Badung. Lalau orang mau manggil saya apa pun terserah mereka, ada yang mau manggil senator, manggil saya raja, terserah mereka, itu hak mereka lah,” ujar AWK.


Beredar sejumlah nama yang diemban oleh AWK sebagai keturunan raja. Mulai dari Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX, Abhiseka Ratu Dr Srhi I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendratta Wedasteraputra Kaping III dan lain sebagainya. AWK belum memberikan jawaban terkait hal itu.

Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com