Ini 4 Sebab Yenny Wahid Berlabuh ke Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin

Yenny-Wahid.jpg
(Tempo)


RIAU ONLINE - Yenny Wahid akhirnya menyatakan memberikan dukungan untuk pasangan calon presiden nomor urut 1, Joko Widodo-Ma'ruf Amin di pemilihan presiden 2019, Rabu, 26 September 2018.

Berikut asalan putri mendiang Abdurahman Wahid alias Gus Dur itu memilih Jokowi-Ma'ruf, seperti dilansir dari Tempo.co, Kamis, 27 September 2018.

1. Sederhana tapi kaya dalam karya

Yenny Wahid menilai Jokowi-Ma'ruf merupakan pasangan yang sederhana namun kaya dalam berkarya. Ini menjadi kalimat pamungkas Yenny Wahid saat memutuskan melabuhkan dukungannya pada capres inkumben ini.

"Dua-duanya berfikir dan bertindak sederhana, namun kaya dalam karya. Oleh karena itu, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, dengan ini kami menyatakan mendukung pasangan nomor satu. Bismiillah Presiden Jokowi akan kembali memimpin Indonesia," ujar Yenny.

2. Pemimpin yang mau ikut gerah

Menurut Yenny Wahid, Jokowi merupakan pemimpin yang mau ikut gerah. Maksudnya, Jokowi dinilai Yenny tidak berjarak dengan masyarakat. Sebab, bangsa Indonesia sedang susah, menurutnya butuh pemimpin yang berbaur dan berbagi aroma keringat rakyat.


Baca Juga Yenny Wahid Masuk ke Kubu Jokowi-Maaruf

"Pemimpin yang kami rindu adalah pemimpin yang mendengar nurani rakyat. Pemimpin yang tidak berjarak dengan masyarakat. Pemimpin yang tidak canggung memeluk warga dan bersama mereka berbaur dan berbagi aroma keringat," ujarnya.

3. Hubungan dekat keluarga Gus Dur dengan Ma’ruf Amin

Yenny Wahid mengatakan keluarganya memiliki kedekatan dengan Ma'ruf Amin. Ia menyampaikan itu saat menerima kunjungan Ma’ruf Amin di kediaman keluarga Gus Dur, di Jalan Warung Sila V, Kelurahan Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Rabu pagi, 26 September 2018.

“Dengan Kiai Ma’ruf Amin kami punya hubungan yang baik. Dari semua kandidat yang ada, yang paling kami kenal lama adalah beliau (Ma’ruf) dan keluarga besar NU," ujar Yenny.

4. Kemiripan Jokowi dengan Gus Dur

Yenny Wahid melihat ada kemiripan antara Jokowi dengan ayahnya, Gus Dur. Menurut Yenny, letak kemiripannya mereka pada gaya kepemimpinannya, sama-sama menghadirkan keadilan sosial dengan cara memenuhi hak-hak dasar rakyat Indonesia. Keduanya juga tidak membeda-bedakan agama, keyakinan, warna kulit, ras, gender, dan status sosial dari rakyat yang dipimpin.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id