Kasihan, Si Mbah Ini Dipaksa Oknum Ngemis dan Setor Rp 150 Ribu Tiap Hari

Pengemis-Tua.jpg
(TRIBUNNEWS/FACEBOOK Vansyskha Purwanto)

RIAU ONLINE - Netizen di jagat Facebook kembali dihebohkan dengan kisah miris. Kisah itu datang dari seorang wanita tua renta yang dipaksa mengemis dan harus mengumpulkan Rp150 ribu setiap harinya.

Pengakuan sang nenek, ia terpaksa mengemis dan harus menyetor Rp150 ribu kepada oknum tertentu sebagai uang bensin dan sewa pakaian.

Kisah miris itu diungkap oleh seorang netizen bernama Vansyskha Purwanto melalui akun Facebook-nya, MInggu, 19 Maret 2017. Wanita asal lereng Gunung Semeru itu mengaku tak tega melihat wanita tua duduk bersandar di pagar sekolah anaknya dengan wajah pucat.

Vansyskha kemudian membawa nenek tersebut ke rumahnya dan memberinya makan serta minuman. Wanita itu bercerita mengaku terpaksa mengemis agar bisa makan. Suaminya sudah meninggal dunia dan anaknya cacat. Sang anak yang cacat juga terpaksa mengemis di daerah Sukun Malang

Mirisnya, ternyata nenek tersebut mengaku harus menyetor Rp 150 ribu kepada oknum tertentu sebagai uang bensin dan uang sewa pakaian.

"Simbah cerita sehari harus setor 150 ribu sebagai uang bensin dan sewa baju yang dipakainya. Bukankah ini termasuk eksploitasi?" tulis Vansyskha, dilansir dari Tribunnews.com, Rabu, 22 Maret 2017.

Padahal, wanita yang ia panggil simbah itu sudah tidak memungkinkan untuk mengemis hingga berjalan jauh, sedangkan pendengaran dan penglihatannnya sudah jauh berkurang.


Bersama 30 orang lainnya yang juga sudah berusia senja, wanita tua renta itu mengaku diantar menggunakan mobil untuk mengemis.

Berikut postingan lengkap Vansyskha.

"#renungan. Saya menemukan simbah sepuh ini di siang yang terik sedang bersandar di pagar sekolah anakku dengan wajah pucat dan badan gemetaran. Ketika saya tanya mbah ini bilang haus. Akhirnya karena rumah saya dekat saya bawa pulang mbah ini ke rumah untuk minum.

Ketika saya tanya mbah itu bilang namanya mbah Giyem asalnya dari lereng Semeru dan bilang kalau rumahnya pernah terbakar dan saya melihat banyak bekas luka bakar di badannya. #ceritanya.

Suaminya meninggal saat kebakaran itu dan anak lelakinya cacat tangan dan kakinya diputus (mungkin diamputasi) dan anaknya menjadi pengemis juga di daerah Sukun Malang. Sementara simbah itu bilang terpaksa juga mengemis karena perlu makan. Simbah juga cerita ke sini rame-rame diantar mobil dan temannya ada sekitar 30 orang yang semuanya sudah berusia senja. Simbah cerita sehari harus setor 150 ribu sebagai uang bensin dan sewa baju yang dipakainya. Bukankah ini termasuk eksploitasi?

Di sisi lain sebagai sesama manusia pasti nurani berontak melihat simbah setua itu yang jalan sudah sempoyongan, pendengarannya jauh berkurang dan penglihatan yang juga jauh berkurang harus berkeliling mengemis yang katanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Tapi di sisi lain ada undang-undang yang menyatakan kita akan didenda kalau memberi uang pada pengemis.

Saya bingung membayangkan seandainya nenek itu keluarga saya betapa mirisnya. Saya tetap tak tega melihat kondisinya. Setelah saya beri beberapa potong baju suami (maaf pak Poer Wanto ga izin dulu urgent), kain jarit dan makanan serta uang ala kadarnya simbah itu pamit saya sempat mau antar kemana tujuannya tapi simbah itu menolak karena harus mengejar setoran mengemisnya.

Setelah simbah itu berlalu saya termangu apapun alasannya bagaimana orang lain bisa tega memanfaatkan orang tua yang sudah lemah fisiknya buat mengemis? Bagaimanakah seharusnya kita menyikapi fenomena ini?"

Sejumlah netizen geram membaca postingan tersebut. Mereka berharap agar oknum nakal itu segera ditindak oleh pihak berwenang. "Sudah sepuh masih dieksploitasi," komentar Anang Pink.

"Sungguh biadab orang yang memanfaatkan kondisi orang-orang seperti ini, ada 36 orang katanya," sahut Umi Jamilah.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline