Tingkatkan Produksi Cabai, Usaha Rakyat Makmur Bersama Pupuk Indonesia

Petani-cabai.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Cabai merah menjadi satu komoditas pangan yang tak bisa lepas dari konsumsi harian masyarakat. Para petani lokal pun mesti punya strategi demi peningkatan produksi.

 

Satu caranya dengan memilih pupuk bagi tanaman cabai. Pemilihan jenis pupuk yang bagus menjadi faktor penunjang dalam industri dan produksi tanaman cabai.

 

Untuk itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong, supaya Pupuk Indonesia Grup dapat mencari alternatif bahan baku pupuk. Ini disampaikannya saat Menyapa Millenial PT Petrokimia Gresik di SOR Tri Dharma, Gresik, Jumat 17 Juni 2022.

 

 

Orang nomor satu di BUMN ini juga sempat menyoroti salah satu inovasi yang telah dilakukan berupa program Makmur, yang memiliki makna 'Mari Kita Majukan Usaha Rakyat'.

 

Di mana dia menyebut, program ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, melalui penghasilan yang meningkat.

 

Sementara, seluruh stok pupuk subsidi yang berada di distributor disalurkan hingga ke level kios sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai aturan turunan dari Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 41 Tahun 2021 yang mengatur alokasi pupuk bersubsidi tahun 2022.

 

"PT Pupuk Indonesia (Persero) terus menyiapkan ketersediaan pupuk subsidi di lini 3 atau gudang distributor guna memenuhi penyaluran sesuai alokasi yang ditentukan pemerintah," kata SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana dalam keterangan resmi di Jakarta.

 

Ia mengatakan bahwa penyediaan ketersediaan pupuk subsidi hingga level kios terlihat dari jumlah stok pupuk subsidi di lini 3 yaitu sampai level distributor yang mencapai 438.624 ton per tanggal 23 Juni 2022.

 

"Pupuk Indonesia terus menyiapkan ketersediaan pupuk subsidi di lapangan, terutama di lini 3 sehingga dapat cepat disalurkan saat dibutuhkan. Seperti contoh, bisa dilihat dari stok Urea dan NPK yang masing-masing 164 persen dan 211 persen dari ketentuan minimum di lini 3," paparnya.


 

Satu petani cabai asal Perawang Barat, Kecamatan Tualang, Lasmono (57) mengaku kini tak kesulitan mendapatkan stok pupuk. Biasanya, ia membuat pupuk alami hingga proses panen yang memuaskan.

 

"Tapi sekarang sudah gampang. Kita petani bisa dapat pupuk dari kios-kios terdekat," paparnya, Jumat 4 November 2022.

 

Pada Juli 2018, Lasmono pun fokus untuk mengelola kebun cabai keriting. Alasan utama memilih usaha ini karena iklim yang mendukung dan permintaan pasar di Perawang yang lumayan besar yaitu  3 ton per harinya. 

 

Lasmono bertanam cabai keriting di lahan seluas ½ hektar. Kini telah tertanam 5.000 pohon cabai keriting yang subur dan banyak buahnya. Proses bertani berawal dari tahapan pembibitan. Lasmono mengatakan agar tanaman cabai keriting baik pertumbuhannya pada media tanam, maka perlu perhatian khusus terhadap pembibitan.

 

Seperti bibit tidak tua atau pun muda dan tidak ada hama. Sebagai upaya pencegahan tersebut dia menyarankan untuk melakukan pemberian pupuk alami berupa campuran bawang putih dan tanaman brotowali (sejenis tanaman obat tradisional ) pada bibit dan usia yang baik untuk masa pembibitan selama 20-23 hari.

 

"Tapi biasanya, untuk sepuluh hari setelah ditanam, cabai diberi pupuk kimia." Ia memupuknya sekali seminggu menggunakan MPK Mutiara.

 

Selama tahapan tersebut, Lasmono juga membuat mulsa (media tanam plastik yang berisi pupuk dan tanah). 1 mulsa berukuran panjang 70 meter dan lebar setengah meter. Lahan seluas tersebut bisa dibuat mulsa sebanyak 63 jalur. Setelah 10 hari masa penanaman bibit pada mulsa, maka dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos. Pemupukan selanjutnya dilakukan seminggu berikutnya secara berkala.

 

Lahan setengah hektar yang ditanami 5.000 batang cabai, bisa menghasilkan keuntungan mencapai 40 juta. Ia tidak perlu khawatir untuk setiap hasil panen. Sudah ada tengkulak yang biasa menampung, lalu kemudian dipasarkan lagi ke masyarakat Perawang. Namun biasanya juga sudah ada pesanan dari rumah-rumah warga.

 

"Bayangkan saja, produksi cabai di sini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan cabai masyarakat Perawang, karena masih harus didatangkan dari Bukittinggi," paparnya.

 

Ia berharap distribusi pupuk dan kestabilan harga dapat dikontrol oleh pemerintah. Selaain mewujudkan tumbuhnya tanaman cabai dengan kualitas baik dan meningkatkan produksi cabai dari Perawang.

 

 

"Jika memungkinkan, bisa dibuat olahan turunan. Bersama UKM di desa menciptakan produk baru yang bisa menunjang perekonomian," harapnya.

 

Hal ini tentu sejalan dengan transformasi bisnis Pupuk Indonesia untuk mewujudkan solusi pertanian dan dampak sosial ekonomi. Pupuk Indonesia grup mendukung produktivitas pertanian melalui penyediaan pupuk untuk nutrisi tanaman hingga membangun ekosistem pertanian.