Perebutan SDA Jadi Pemicu Konflik Laut China Selatan

Kapal-Perang-Jepang.jpg
(AP)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Komandan Lanud Roesmin Nurjadin mengatakan konflik Kepulauan Spratly dipicu oleh perebutan sumber daya alam yang terkandung di bawah Kepulauan tersebut. Perebutan pulau Spratly ini melibatkan beberapa negara di Asia.

 

Menurut Henri di Spratly ada kandungan sumber daya alam yang luar biasa. Namun ia tak bisa mengatakan SDA apa yang terkandung di dalamnya. "Cina sadar akan kandungan yang ada di dalam pulau Spratly tersebut makanya mereka mati-matian mempertahankan pulau tersebut. Kalau kandungannya sangat besar disana. Dan untuk melakukan eksplorasi SDA tersebut hanya bisa dilakukan oleh negara-negara besar seperti Amerika, Cina atau yang lainnya," ujar Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Henri Alfiandi usai melakukan upacara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma, Selasa (10/11/2015).  (KLIK: Perang Besar Bakal Pecah di Laut China Selatan)

 

Selain kandungan SDA yang cukup besar dan berharga, Kepulauan tersebut juga sangat strategis posisinya. "Lokasinya Amat sangat strategis karena jalur minyak di Asia Pasifik mulai dari Korea, Jepang, Kanada, Amerika, Cina dan Amerika selatan khususnya pantai timur itu lewat selat malaka. Dan untuk melakukan distribusi itu harus melewati jalur kita di selat malaka dan ke atas lagi baru menyebrang ke Jepang, atau Benua Amerika. Makanya sangat strategis sekali posisinya," tegas Henri.

 


Angkatan Udara menurut Henri telah disiapkan untuk menghadapai kondisi tersebu. Lanud Roesmin Nurjadin telah menyiapkan strategi dan taktik untuk menghadapi potensi konflik besar ini. (LIHAT: Moment Care #MelawanAsap Bagi Masker N95 dan Propolis)

 

"Kita dari Angkatan Udara sudah mempersiapkan 2 skuadron udara yang akan diterbangkan kapan saja ketika dibutuhkan. Kita sekarang juga sudah menetapkan status Siaga I. Melihat potensi ancaman nyata sekarang di lauut cina selatan kita akan siap diberangkatkan kapan saja ke Laut Cina selatan," tandas Henri.

 

Selain Danlanud, Komandan Korem 031/ Wirabima juga turut menjelaskan kesiapan dari TNI untuk menghadapi potensi konflik yang sudah tajam ini. Ia menuturkan TNI sudah mengirimkan 7 kapal perang ke wilayah Pulau Natuna.

 

"Konflik Laut Cina Selatan itu konflik multilateral, bukan hanya kita saja. TNI sudah mengirimkan 7 kapal perang di Pulau Natuna. Kapal perang itu akan terus melakukan patroli di perbatasan tersebut. Latihan militer masih terus dilakukan," jelas Komandan Korem 031/ Wirabima, Brigjen TNI Nurendi.

 

Lanjut, ia menambahkan,"tentunya sebagai negara berdaulat kita harus tunjukkan kekuatan kita. TNI sebagai penjaga, pelindung dan pengaman kedaulatan NKRI. Jadi jika nanti terjadi perang, sejak sekarang kita sudah mempersiapkannya. Dengan berbagai matra seperti Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat serta bantuan masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Kita tetap bersemboyan yakni Bersama Rakyat, TNI Kuat," tandasnya.