Miris, Setiap Tahun 24 Milyar Ton Tanah Subur Hilang dari Muka Bumi

Tanah-Tandus.jpg
(WWF/E. PARKER)

RIAU ONLINE - Tahukah Anda, setiap tahu 24 milyar ton tanah subur menghilang dari muka bumi. Padahal, pada segenggam tanah dapat hidup milyaran mikoorganisme yang menjamin lapisan humus menyimpan bahan nutrisi dan air untuk tanaman.

 

Setelah lautan, tanah adalah penyimpan unsur Karbon kedua terbanyak yang jumlahnyya jauh lebih banyak daripada hutan di muka bumi. Namun, lahan pertanian kian lama menghilang di bawah hamparan hutan beton dan aspal di kota-kota besar di seluruh dunia.

 

Akibatnya, di bawah lapisan artifisial ini mikroorganisme dan binatang kecil dalam tanah mati kehabisan nafas. Air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah, melainkan terus mengalir menjadi banjir.

 

Lapisan kulit bumi perlu perlindungan dari sengatan matahari, terpaan angin dan sergapan udara dingin. Banyak lahan luas yang mengalami kekeringan dan ketika dibajak dengan mesin lapisan tipis tanah subur terus tergerus, terbawa angin dan lenyap.

Eksploitasi lahan melalui penggundulan hutan, pemupukan berlebihan dan pengangonan ternak memicu kawasan yang sudah langka air menjadi kawasan gurun. Faktor iklim seperti kemarau panjang makin mempercepat reaksi berantai penggurunan yang dipicu aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan.


 

Ketika curah hujan tinggi menerpa lapisan hutan beton dan aspal, di saat lapisan salju mencair melanda daerah aliran sungai yang tidak lagi memiliki kawasan peresapan, dampaknya adalah gerusan air yang membawa lapisan subur dari kawasan ladang dan pertanian.

Baca Juga: Bukan Cuma Santoso, Inilah Tokoh-tokoh yang Tewas oleh Peluru Kostrad

 

Lebih dari 40 persen lahan pertanian di dunia terancam hama kebal pestisida dan kehilangan kesuburan akibat terlalu banyak pemberian pupuk kimiawi yang membuat tanah menjadi asam.

 

Akibat perubahan iklim air dapat meguap lebih cepat ketimbang turunnya hujan. Tanah jadi kering, dan garam yang sebelumnya terlarut dalam air tertinggal di permukaan tanah. Dampaknya tanah tidak bisa lagi ditanami. Intrusi air asin juga jadi masalah besar di banyak kawasan pesisir.

 

Cina saat ini menghadapi masalah besar terkait kontaminasi, dilaporkan 20 persen lahan pertanian tercemar limbah dan berbahaya. Sementara di Jerman, tepatnya di kawasan batubara muda lapisan tanah dikupas lapis demi lapis dan menyebabkan tata lahan untuk tujuan lainnya.

 

Untuk memulihkan kembali lapisan tanah subur setebal 10 sentimeter untuk ditanami dan menyimpan nutrisi air butuh waktu hingga 2.000 tahun lamanya. Sebab itu, PBB mencanangkan "Tahun Tanah Internasional" untuk tahun 2015.