Kisah Dasril Banting Stir dari Nelayan Menjadi Sopir Pompong Akibat Banjir Pelalawan

Angkutan-Pompong2.jpg
(Riau Online/Defri Candra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Rezeki itu adalah anugerah, dilebihkan bukan berarti dimuliakan, dikurangi bukan berarti dihinakan. Dua kunci yang terus membuat rezeki terus mengalir yakni dengan bersyukur dan bersabar.

Hal itulah yang dilakukan seorang nelayan pompong di Dusun Pulau Payung Kabupaten Pelalawan, Riau. Pria berusia 50 tahun tersebut bernama, Dasril.

Memiliki istri dan dua anak tak membuat Dasril mengeluh meski sudah beralih profesi dari nelayan menjadi kernet pompong saat daerahnya dilanda banjir.

Pria berkumis tipis menggunakan topi hitam itu mengais rezeki menggunakan pompong miliknya dengan panjang 5 meter untuk jasa sewa angkutan motor melintasi banjir.

Bak pedagang pasar, Dasril mengoceh (berbicara-red) menawarkan jasa sewa Pompong kepada pengendara motor yang hendak menyebrangi banjir lewat jalur penyeberangan di Dusun Pulau Payung.

Jaraknya dari Polres Pelalawan hanya berkisar 30-50 meter menuju jalur penyeberangan.

Masuk dari jalan Lintas Timur Pangkalan dan terus menuju Polres Pelalawan dan ikuti jalan aspal hingga penurunan. Pas di pertiga an jalan, belok kanan hingga sampailah di lokasi tujuan.

"Ayo yang hendak nyebrang, langsung jalan," teriak Dasril menawarkan jasa angkutan Pompong, Sabtu, 10 Februari 2024.

Tak lama berselang, dua orang pemuda berhenti di depan kapal pompong milik Dasril dan bernegosiasi.

"Berapa ongkos sewa untuk menyebrang pak," tanya penumpang.

"150 ribu saja," singkat Dasril.

"150 ribu sudah sama orangnya," tanya penumpang

"sudah, tinggal naik dan berangkat," jelas Pria bertopi itu.

Tanpa berfikir panjang, dua pemuda yang hendak berangkat dari Pangkalan Kerinci menuju Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hulu langsung merogoh kantong saku celana mengeluarkan uang Rp 150 ribu dan memberikan kepada pria tua tersebut.

Setelah negosiasi deal, seketika empat orang pria berbadan kekar datang menghampiri.

Ternyata, di Jalur penyeberangan tersebut, masyarakat sudah paham dan mengerti apa yang dilakukan jika negosiasi antara penumpang dan pemilik pompong berjalan lancar.

Empat pria berbadan kekar tadi ternyata membantu mengangkat motor ke pompong milik Dasril serta diatur posisi motor di atas pompong agar tidak terjatuh dan diikat dengan seutas tali.


Lima menit berselang, datang lagi pengendara motor yang berboncengan hendak menyebrang melintasi banjir di Kabupaten Pelalawan.

Sontak Dasril langsung nyeletuk.

"Satu motor lagi langsung jalan," singkatnya.

Tanpa berfikir berapa biaya sewa angkutan, si penumpang langsung mengangguk seperti sudah sering menggunakan jasa Pompong disana.

Setelah dua motor naik di atas pompong bersama dengan pengendaranya, Dasril mulai mengambil ancang-ancang dan mengatur tempat duduk empat penumpang dan dua motor.

"Dua duduk dibelakang, satu di tengah dan satu di depan," sebut Dasril kepada penumpang.

Satu Jam Perjalanan Membelah Sungai Hingga Masuk Kebun Sawit

Mesin kapal pompong pun dihidupkan, bunyinya sedikit menggelitik gendang telinga dengan ciri khas kapal pompong.

"tetetet.. tetetet.. tetetet," bunyi suara pompong itu.

Di tengah perjalanan, seorang penumpang bertanya sambil bercerita kepada Dasril terkait profesi dan pekerjaan menjadi Kernet Pompong.

"Biasanya, berapa kali dapat sewa bolak balik angkut motor ini pak," ujar salah seorang penumpang, Rizal kepada Dasril.

"Sebelum surut bisa sampai 8 kali, kini 2-4, paling banyak 4 kali trip," jelas Dasril saat perjalanan sambil mengendalikan Pompong.

"Sebelumnya saya nelayan, tapi karena banjir susah dapat ikan, ya saya coba mencari rezeki dengan sewa angkutan motor," lanjut Dasril bercerita.

Dasril juga mengatakan kalau apapun perkejaan dan berapapun rezekinya, harus bersyukur dan jangan mengeluh.

"Intinya kita bekerja itu ikhlas, banyak bersyukur. Alhamdulillah jika dapat lebih," terang Dasril dengan nada lembut.

Melintasi Sungai Kampar dan Banjir yang melanda perkebunan sawit warga di Kabupaten Pelalawan menjadi daya tarik tersendiri.

Desiran air gambut memerah, suara kicauan burung ditambah berisiknya suara mesin pompong menghiasi perjalanan para penumpang.

Puluhan hektare lahan sawit warga digenangi banjir, sehingga kapal pompong melintas diantara pepohonan sawit hingga membelah sungai Kampar menuju tempat pemberhentian di Desa Sorek, Kecamatan Pangkalan Kuras.

Di perjalanan, setiap berpapasan dengan kapal pompong lain yang berlawanan arah, Dasril selalu mengumbar senyum dan sapa.

Sesekali pandanganya melihat luas banjir yang merendam ratusan rumah di dan perkebunan sawit Pelalawan.

"Semoga banjir ini cepat surut dan aktivitas warga kembali normal," sebut Dasril bercerita kepada penumpang sambil berharap banjir surut.

Sekauh mata memandang, satu jam perjalanan lebih menggunakan kapal pompong, rasa takut akan tenggelam dengan gejolak air Sungai Kampar akhirnya ujung penghentian sudah terlihat.

Di Desa Sorek, sejumlah pria kekar kembali menunggu Pompong berlabuh. Mereka bukan yang diawal naik tadi. Empat pria kekar ini ternyata memang bertugas membantu menurunkan motor dan menaikkan ke atas Pompong.

"Terus-terus maju," ujar salah seorang pria kekar tersebut menyambut di pinggir jalan Lintas Timur.

"Satu, dua tiga," ujar pria lainnya memberi aba-aba menurunkan motor.

Setelah motor turun, Dasril merogoh kocek pecahan uang Rp 50.000 lalu memberikan kepada pria kekar tadi.

Setelah diberikan, pria kekar tadi mengembalikan uang dengan nominal Rp 10.000 kepada Dasril.

"Itu upah mereka karena membantu menurunkan motor dari atas kapal pompong," jelas Dasril.

"Alhamdulillah untuk rezeki hari ini. Intinya jangan mengeluh apapun kondisinya," pesan pria tua anak dua tersebut.