Edy Natar Semprot Dinas Pertanian karena Cabai Bikin Inflasi: Bikin Terobosan

Cabai4.jpg
(Riau Online/Winda Turnip)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Plt Gubernur Provinsi Riau, Edy Natar Nasution menyoroti harga cabai yang mengalami kenaikan dan menyebabkan inflasi beberapa waktu lalu.

 

 

Dinas Pertanian atanya harus memiliki gagasan dan terobosan agar kenaikan harga cabai yang menyebabkan inflasi ini tidak lagi terjadi di Provinsi Riau.

 

Menurutnya, sangat naif apabila Provinsi Riau mengalami inflasi karena kenaikan harga cabai tersebut.

 

"Makanya harus berani membuat terobosan. Sangat naif kita jika mengalami kenaikan inflasi gara-gara harga cabai naik," ujarnya, Rabu 15 November 2023.

 

Menurutnya, pemerintah juga harus bisa meyakinkan masyarakat untuk berani menanam komoditas lain selain sawit. Pasalnya, selama ini petani Riau menganggap bahwa hanya hasil sawit yang menguntungkan dibandingkan komoditas lainnya.

 

"Petani harus kita kasih contoh. Makanya saya mulai (membuat kebun). Supaya bisa kita memberi contoh, karena kita harus bisa meyakinkan bahwa bukan hanya sawit yang bisa menjadi primadona, kita harus berani menanam komoditas lain," pungkasnya.

 

Seperti diberitakan sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mendata, 3 kota di Provinsi Riau mengalami inflasi berdasarkan hitungan dari tahun 2022 ke tahun 2023 atau year on year (YoY) sebesar 2,65 persen. Dimana indeks harga konsumen (IHK) pada gabungan ketiga kota tersebut mencapai 115,88.


 

Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Riau, Fitri Hariyanti, mengatakan, 3 kota tersebut adalah Kota Dumai, Kota Pekanbaru dan Kota Tembilahan.

 

"Kota Pekanbaru mengalami inflasi YoY sebesar 2,60 persen, dari hitungan bulan kebulan (m-to-m) mengalami inflasi sebesar 0,03 persen. Kota Dumai inflasinya 3,07 persen, namun secara m-to-m mengalami deflasi sebesar 0,30 persen dan Kota Tembilahan sebesar 2,04 persen dan secara m-to-m mengalami deflasi sebesar 0,12 persen," ujarnya, Rabu 1 November 2023.

 

Menurutnya, inflasi y-on-y terjadi ketika adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Seperti indeks kelompok makanan, minuman dan tembakau yang naik sebesar 5,00 persen, diikuti kelompok transportasi sebesar 3,40 persen.

 

Inflasi juga disumbangkan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,89 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,06 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,27 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,20 persen.

 

Kemudian, kelompok pendidikan sebesar 1,10 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,66 persen dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,38 persen.

 

Sementara itu, ada dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi y-on-y atau kebalikan dari inflasi, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,58 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,23 persen.

 

"Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Oktober 2023, antara lain beras, rokok kretek filter, mobil, kontrak rumah, emas perhiasan, sewa rumah, minyak goreng, kentang, angkutan udara, dan tomat," jelasnya.

 

Sementara secara m-to-m komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi pada Oktober 2023, antara lain cabai merah, telur ayam ras, tomat, kentang, dan ikan nila.

 

Di sisi lain komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, antara lain angkutan udara, beras, bensin, emas perhiasan, dan bawang merah.