Dirut Pertamina Hulu Rokan Targetkan Produksi 300 Ribu Barel Per Hari

PT-Pertamina-Hulu-Rokan6.jpg
(DEFRI CANDRA /Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU-PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) memiliki target untuk tahun mendatang.  Jika untuk tahun 2022 PHR memiliki target 400 - 500 sumur bor, kali ini PHR memiliki target produksi 300 ribu barel minyak per hari (bph) untuk tahun 2025 mendatang.

 

Direktur Utama PHR, Jaffee Arizon Suardin menilai hal itu bukan sesuatu yang mustahil. Ia menyebut kunci utama dari tercapainya target itu adalah dengan mengebor banyak sumur. 

 

Ini mengingat kawasan Blok Rokan memiliki karakter yang berbeda dengan lokasi lainnya, maka target awal yang akan dilakukannya adalah memperbanyak pengeboran sumur.

Hingga 21 Desember 2021, kata Jaffee, PHR telah mampu menggali 121 sumur baru sejak alih kelola dari Chevron. Ia pun optimistis menggali sekitar 400 sampai 500 sumur sepanjang 2022.

 

Lebih dari setengah dari target 300 ribu barel per hari (bph), tahun ini, Blok Rokan telah mencatatkan rata-rata produksi minyak sebesar 162 ribu bph. 

 

Hasil produksi ini didapatkan dari sekitar 11.265 sumur yang ada di wilayah seluas 6200 kilometer persegi.


 

"Ini mimpi kami ya, mimpi kami agar nanti bisa mensupport program pemerintah 1 juta barel di 2030 dan 12 BCSFD di 2030 kontribusi kami adalah bagaimana caranya akselerasi proyek-proyek bisa kami lakukan," ucap Jaffee dalam pemaparannya, Rabu, 22 Desember 2021.

 

Pria yang akrab disapa Buyung ini juga mengatakan kalau langkah itu masih dalam proses dan ia berharap di tahun 2025 bisa mencapai 300 ribu (barel per hari).

 

"bisa dibayangkan setelah alih kelola rata-rata bulanannya itu 158 ribu (bph), rata-rata tahunan mungkin 160 ribu bph nantinya, dan kita tim di 2025 ingin mencapai 300 ribu bph, jadi 2024 mungkin sekitar 270 ribu," terangnya.

 

Buyung pun sempat mengisahkan sejumlah persiapan PHR sebelum dilakukan alih kelola Blok Rokan. Ia menyebut, persiapan ini jadi peran penting dalam menambah jumlah produksi minyak dari Blok Rokan.

 

 

"Contoh misalnya untuk menaikkan produksi di rokan, harus mngebor sumur baru, itu sebuah kewajiban. Untuk bor sumur baru yang banyak, itu harus ada rig-nya, kemudian harus tau sumur yang mana, materialnya harus ada, dan lain-lain," lanjutnya.

 

"Persiapan itu butuh waktu dan koordinasi yang sangat besar, itulah yang disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi setelah alih kelola, rig nya sudah siap," tutup Buyung.