Globalisasi Melayu dan Identitas Melayu

Globalisasi-Melayu-dan-Identitas-Melayu.jpg
(istimewa)

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Kebudayaan sudah dianggap sebagai landasan kehidupan sosial bangsa. Di mana dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya merupakan hasil dari berbagai dialog yang datang dari faktor eksternal. Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Riau, Globalisasi Melayu dan Identitas Melayu, simak ulasannya berikut ini.

Faktor globalisasi

Globalisasi menyebabkan terjadinya integrasi politik ekonomi dan juga budaya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia manapun dapat diketahui dalam waktu hampir bersamaan.

Demikian juga keberadaan orang-orang dalam sebuah wilayah atau benua dapat merasakan apa yang sedang terjadi dan dialami oleh masyarakat di wilayah atau benua lain.

Globalisasi dipicu oleh kecepatan informasi yang telah disajikan setiap detiknya oleh berbagai media seperti televisi radio dan lain-lain. Berbagai media informasi tersebut telah mengaburkan batas batas fisik dan budaya atau yang istilahnya biasa disebut dengan deteritorialisasi, sehingga menciptakan dunia baru dengan batas-batas wilayah dan nilai yang bersifat relatif.

Proses deteritorialisasi ini penting karena ia menjadi titik balik peradaban kontemporer yang memiliki implikasi yang luas dalam proses sosial dan budaya.

Deteritorialisasi sebagai akibat globalisasi tersebut telah menyebabkan masyarakat dari berbagai background terintegrasi dalam komunitas masyarakat yang transnasional. terbentuknya masyarakat yang transnasional itu merupakan ancaman sekaligus peluang bagi suatu komunitas untuk memperkokoh esensi dan eksistensi mereka.

Globalisasi melayu

Riau, Globalisasi Melayu dan Identitas Melayu selanjutnya adalah globalisasi Melayu. Fenomena globalisasi melalui ini setidaknya ditandai oleh beberapa hal di antaranya, menyebarnya orang-orang Melayu di segala penjuru dunia, sehingga mereka juga membawa nilai-nilai kemelayuannya.

Produk dari hal ini tentu bisa dilihat dan ditemukan misalnya adanya Melayu Riau melayu Jambi Melayu Malaysia melalui Filipina mulai Singapura dan lain-lain. Selanjutnya bisa juga dilihat keberadaan geografis mulai diri sendiri. Wilayah geografis Melayu diri sendiri merupakan daerah tujuan dari luar wilayah Melayu.

Kedatangan orang-orang dengan berbagai etnis tersebut ke wilayah Melayu secara langsung atau tidak telah berperan memperkaya kebudayaan Melayu. Misalnya budaya tulis-menulis yang ada pada dinding Melayu hari ini pada dasarnya adalah hasil dari kedatangan orang-orang Arab ke dunia Melayu.


Hal ini yang tentunya perlu dipahami, bahwa dalam arus globalisasi ini dalam Melayu bukan saja terjadi transformasi orang, tetapi Melayu juga tempat terjadi sekaligus pertarungan informasi.

Berkat kemajuan teknologi masyarakat melayu mempunyai akses yang lebih luas terhadap berbagai sumber informasi. Dampak dari semua hal itu terjadi perubahan mindset atau pola pikir dan cara pandang terhadap dunia nya.   Dalam konteks itulah dapat dilihat bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh orang Melayu dalam era globalisasi agar dapat mempertahankan identitas kemelayuan nya.

Spektrum globalisasi

Identitas Melayu itu menjadi hilang sudah sejak dari awal sejarahnya, terutama terjadi karena adanya 2 identik dengan Jawa pada masa itu yaitu ketika memudarnya kerajaan Sriwijaya dan masuk pengaruh pajang dan juga Majapahit.

Spektrum globalisasi sebagai proses batas-batas tertentu adalah bertujuan untuk homogenisasi segala bidang, termasuk budaya Melayu. Penyebaran secara luas dari proses globalisasi adalah melalui instrumen teknologi informasi yang secara prinsip dikendalikan negara-negara maju.

Sehingga negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan komponen melayunya menjadi pihak yang dipengaruhi dibanding mempengaruhi. Konsekuensinya, identitas negara-negara maju mendominasi negara berkembang secara cepat dan mudah di Indonesia.

Sampai batas ini terlihat secara jelas bahwa globalisasi sesungguhnya mengancam identitas budaya Melayu. Padahal secara sadar harus diakui bahwa Melayu itu sendiri dalam proses dan spektrum sejarahnya sampai hari ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari globalisasi itu sendiri.

Di sini dapat dilihat adalah sesuatu yang urgen dan mendesak untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan merevitalisasi identitas kultural Melayu di Indonesia.

Merevitalisasi identitas kultural Melayu

Ada tiga kekuatan Melayu yang dapat membantu ke arah pembinaan kembali budaya Melayu Islam ke dunia global yaitu :

Kedinamikaan budaya Melayu, Melayu terletak di tengah-tengah persimpangan dunia timur dan barat terbuka menyerap dan mengadaptasi hal-hal yang positif

Kekuatan agama Islam yang dianutnya

Konsep Melayu bukan merupakan entitas, ras, suku keturunan. Tetapi ia merangkum dalam berbagai kaum dan keturunan asalkan tercerna dan terjemah ke dalam tiga hal. Berbahasa Melayu, beragama Islam dan beradab Melayu itu halus budi hormat sederhana bijaksana dan lain-lain.

Dalam perspektif lain, Melayu merupakan suatu entitas dan identitas yang tidak tunggal kerjasama dari berbagai negara yang terikat dalam berbagai rumpun Melayu adalah perlu dipertimbangkan sebagai kekuatan yang tidak dapat diremehkan.

Melayu yang mendiami kawasan Asia tenggara dengan kemelayuan yang apabila dikelola dengan baik akan membawa perbaikan dan kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan. Namun dalam kerjasama tersebut harus ada prinsip dasar yang mendasarinya dan itu dapat dijadikan komitmen bersama rumpun Melayu Nusantara.

 

 

Misalnya dalam menjalin kerjasama antara rumpun Melayu itu perlu diberi basis prinsip kesetaraan, bersifat mutualistik dan kesediaan untuk saling menerima maupun memberi.

Sekian informasi mengenai Riau, Globalisasi Melayu dan Identitas Melayu. Semoga informasi yang telah diberikan Riau Online bermanfaat bagi pembaca.