Cerita Driver Ojol di Tengah Pandemi, Susah Dapatkan Rp50 Ribu Sehari

Ojol-sepi.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Salah seorang Ojek Online (Ojol) inisial OK mengakui penghasilannya selalu mengalami penurunan dari hari ke hari, apalagi sejak diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Pekanbaru.

Penurunan jumlah orderan ini dikatakan OK bermula sejak adanya kebijakan libur sekolah, sebab OK sehari-harinya selalu bangun pagi-pagi agar bisa menghantarkan anak-anak sekolah.

"Saya dulu biasa bangun siang, tapi sejak jadi Ojol dua atau tiga tahun yang lalu saya selalu bangun pagi. Soalnya pagi ini orderan ramai dari orang tua yang tidak sempat mengantarkan anaknya sekolah," kata OK, Senin, 20 April 2020.

Tak hanya anak sekolah, OK juga kerap mendapatkan orderan dari para pegawai kantoran setelah anak-anak sudah mulai belajar di sekolah, namun lagi-lagi beberapa perusahaan mem-PHK karyawannya. Orderan OK pun semakin sepi.

Biasanya, setelah menghantarkan anak-anak sekolah dan karyawan kantoran ini, OK langsung istirahat sebentar, kemudian melanjutkan kerjanya sekitar pukul 10.00 WIB, pukul 12.00 WIB OK biasanya mendapatkan orderan menjemput anak sekolah.


"Biasanya, saya bisa mendapatkan uang sekitar Rp 150-200 ribu kalau bisa Tupo (Tutup Poin) dan ditambah rute ngalong (tengah malam)," tambahnya.

Dengan dihapuskannya fitur Goride dari aplikasi Gojek karena kebijakan PSBB, OK mengaku cukup kecewa, tapi ia tidak bisa berbuat banyak karena itu memang kebijakan pemerintah yang harus dipatuhi.

Sedangkan di fitur Gofood, OK tak membantah jika orderan menurun drastis karena banyaknya masyarakat yang takut belanja makanan di luar, akibat Covid-19.

"Orang-orang sekarang pada takut belanja di luar, mereka lebih senang memasak. Ditambah lagi banyak perusahaan yang libur, jadi mereka ada waktu untuk memasak," tuturnya.

Padahal, jam makan siang juga merupakan waktu yang ditunggu para Ojol karena pada pukul tersebut orderan sedang ramai-ramainya.

Disinggung mengenai kondisi saat ini, OK mengakui untuk mendapatkan uang Rp 50 ribu saja sangat susah, bahkan ia tak jarang harus ngalong dulu untuk mencapai target pendapatan segitu.

Hanya saja, OK bersyukur karena sesusah-susahnya dia hidup sekarang masih banyak pekerja sektor informal lain yang lebih susah dari dirinya, ditambah lagi ia belum memiliki tanggungan hidup keluarga.

"Alhamdulillah, tabungan yang ada masih bisa mencukupi hidup saya di sini, tapi kadang kasihan juga sama yang sudah punya keluarga, memikirkan kontrakan rumah, anak, istri dan lainnya," tutupnya.