RIAU ONLINE - PT Pertamina (Persero) menyebutkan ada sejumlah risiko dan tantangan teknis dalam mengimpor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS), seperti jarak pengiriman yang terlampau jauh sehingga memakan waktu 40 hari dibandingkan impor dari Timur Tengah atau Asia.
Meski demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa Pertamina tetap harus mengimpor BBM dan LPG dari AS.
"Enggak ada alasan. LPG kita juga kan kita impor dari Amerika," kata Bahlil, dikutip dari KUMPARAN, Jumat, 23 Mei 2025.
Bahlil menyebut bahwa selama ini setengah dari impor LPG di Indonesia dipasok dari AS, meski butuh waktu lama untuk logistik.
"Total LPG kita konsumsi nasional, dari total impor LPG nasional, 50 persen lebih itu kan dari Amerika. Jadi enggak ada soal," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menyoroti arahan pemerintah terkait impor BBM dan LPG dari AS sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber energi nasional, sekaligus bahan negosiasi tarif impor resiprokal.
Simon mengatakan, Pertamina telah menjalin kerja sama rutin dengan mitra AS, khususnya untuk pasokan minyak mentah yang saat ini sekitar 4 persen dari total impor. Serta LPG yang mencapai 57 persen dari total impor dengan nilai transaksi sekitar USD 3 miliar per tahun.
Namun, Simon menyebut, pemerintah meminta Pertamina mengkaji ulang portofolio impor dengan kemungkinan peningkatan porsi dari Amerika Serikat melalui pengalihan dari negara lain, bukan penambahan volume impor.