RIAU ONLINE - 21 Mei 1998 menyimpan cerita kejatuhan Presiden Soeharto yang diwarnai ketegangan. Mantan penulis pidato presiden, Yusril Ihza Mahendra, yang dipercaya merumuskan pidato pengunduran diri Soeharto, turut menyaksikan ketegangan yang terjadi di ujung takhta sang presiden.
Yusril mengungkap momen-momen genting jelang lengsernya pemimpin Orde Baru tersebut. Ia bahkan menyebut pidato terakhir Soeharto sebagai pidato paling bersejarah yang pernah ditulisnya.
Kala itu 20 Mei 1988 malam, Yusril menginap di rumah Presiden Soeharto di Jalan Cendana. Suasana begitu tegang. Soeharto tampak gelisah, menyadari situasi politik semakin tak terkendali.
"Ya sudah, kalau begitu saya mundur saja besok. Kamu urus bagaimana cara saya berhenti," kata Soeharto kepada Yusril, seperti ditirukan Yusril dalam wawancara, dikutip dari Liputan6.com, Rabu, 21 Mei 2025.
Yusril dan sejumlah orang kepercayaan Soeharto, malam itu juga mengadakan rapat untuk menyusun skenario pengunduran diri. Yusril menulis langsung naskah pidato yang akan dibacakan Soeharto keesokan harinya.
Masalah muncul ketika Soeharto keberatan dengan istilah "mengundurkan diri" yang dipakai dalam naskah. Ia memilih kata "berhenti", karena menurutnya, jika ia menyatakan mundur ke MPR dan MPR menolaknya, bisa timbul polemik konstitusional.
"Kondisi selanjutnya tak terprediksi," ujar Yusril.
Permintaan ini membuat Yusril ragu. Menurutnya, saat itu BJ Habibie sebagai Wakil Presiden memiliki wewenang untuk meneruskan pemerintahan tanpa harus membubarkan kabinet.
Tapi sang presiden bersikeras. Soeharto ingin menegaskan bahwa kabinet di bawahnya sudah selesai masa tugasnya. Ketegangan sempat memuncak saat Yusril enggan menuliskan kalimat itu.
"Kalau tak mau tulis 'demisioner', sini saya sendiri yang tulis," ucap Soeharto seperti ditirukan Yusril.
Soeharto lantas merebut pulpen dari tangan Yusril, menambahkan sendiri kalimat tersebut ke dalam naskah pidatonya.
Akhirnya, pidato itu dibacakan di Istana Merdeka, menandai berakhirnya kekuasaan 32 tahun Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia.