Minyak Goreng Mahal Jadi Momentum Memulai Gaya Hidup Sehat

Minyak-goreng17.jpg
(Shutterstock)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam, mengatakan kelangkaan minyak goreng bisa menjadi momentum memulai gaya hidup sehat.

“Sudah saatnya masyarakat mengurangi makanan yang digoreng. Mengurangi makanan yang digoreng berarti membuat pola hidup lebih sehat,” kata Prof Ari dalam keterangan yang diterima Suara.com.

Ia menjelaskan, terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak goreng berisiko menaikkan kadar kolesterol dan mengakibatkan aterosklerosis. Yaitu, pembuluh darah menjadi lebih sensitif dan kaku. Dampaknya, risiko terkena penyakit jantung koroner ikut meningkat.

 

Senada dengan Ari, dokter spesialis penyakit dalam dr. R.A. Adaninggar, SpPD, pun mengatakan minyak goreng sebagai salah satu sumber lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Karena itu, konsumsi makanan yang digoreng pun perlu dibatasi.

“Minyak goreng ini kan juga salah satu sumber lemak jenuh, lemak yang cukup berbahaya untuk tubuh. Sebenarnya kita dalam sehari itu ada batasannya untuk konsumsi minyak goreng," tutur dokter yang akrab disapa Ning.

Jika kandungan lemak jenuh dalam minyak goreng tinggi, dikhawatirkan akan meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah yang disebut low-density lipoprotein (LDL). Efeknya adalah meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung koroner.

Mengutip anjuran Kementerian Kesehatan mengenai pola hidup sehat salah satunya dengan memerhatikan asupan lemak yang hanya 67 gram atau setara lima sendok makan per hari untuk setiap orang. Ini artinya konsumsi minyak goreng tiap orang sebaiknya kurang dari lima sendok makan per hari karena asupan lemak juga datang dari lauk pauk yang dikonsumsi.

"Jadi kalau (minyak goreng) langka, ya pakai takaran sehat itu sekalian menghemat," ujar Ning.


Ia sepakat jika kelangkaan minyak goreng dijadikan momentum untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.

Menurut dia, pola hidup sehat menjadi keharusan di tengah pandemi Covid-19. Terutama bagi mereka yang masuk kategori rentan.

“Kalau tidak menjaga pola hidup sehat, kita bisa masuk dalam populasi rentan tersebut,” katanya.

Populasi rentan yang dimaksud Ning adalah individu dengan komorbid seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung dan lainnya. Kelompok rentan tersebut berisiko mengalami keparahan bahkan hingga kematian jika terinfeksi Covid-19.

Mengolah Makanan dengan Lebih Sehat

Tak hanya jenis makanan yang dikonsumi, cara mengolah makanan jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola hidup sehat, khususnya ketika mengurangi konsumsi makanan berminyak.

Memasak dengan cara mengukus dan memanggang bisa jadi pilihan. Keduanya efektif mengurangi penggunaan minyak goreng dalam mengolah makanan. “Dikukus atau dipanggang itu lebih sehat karena mengurangi lemak juga,” ucap Ning.

Meski demikian Ning, mengingatkan bahwa makanan yang diolah dengan cara dipanggang pun tidak 100 persen sehat. Terlebih jika menggunakan arang. Bagian yang menjadi gosong ketika dipanggang sebaiknya tidak dikonsumsi.

Hal tersebut pun diutarakan oleh Ari Fahrial. Ia juga mengingatkan agar bagian makanan yang hitam tidak dimakan karena bisa menjadi karsinogenik atau zat yang memicu pertumbuhan sel kanker.

Selain dikukus, dipanggang, atau dibakar, kemajuan teknologi pun memungkinkan menggoreng makanan tanpa minyak yakni dengan alat masak air fryer. Proses memasak yang mengandalkan uap panas itu memungkinkan hasil masakan yang renyah tanpa menggunakan minyak goreng.

Apakah memasak makanan dengan air fryer lebih aman untuk kesehatan dibandingkan dengan menggoreng dengan minyak?

Ning mengatakan, hingga saat ini belum ada penelitian khusus mengenai hal tersebut. Namun, air fryer dapat menjadi salah satu pilihan cara untuk mengurangi konsumsi minyak goreng.

"Karena alat itu mengurangi konsumsi minyak ya mungkin lebih sehat,” ujar Ning dikutip dari suara.com

Ia menilai, air fryer masih bisa dikatakan aman dan bisa menjadi pilihan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng.

Adapun Ari menyatakan, sepanjang cara mengolah makanan tidak mengakibatkan kolesterol naik, berarti bisa dan aman digunakan. "Prinsipnya kalau dari segi makanan itu kolesterolnya tidak naik, ya tidak ada masalah."