Terkuak, Detik-detik Lion Air Terbang Hingga Jatuh di Tanjung Karawang

Lion-Air-Antre-Jelang-take-Off.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/FAKHRURRODZI)


RIAU ONLINE - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kehilangan daya angkat (stall) sempat dialami pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat 26 Oktober lalu.

Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo menjelaskan kronologi sebelum akhirnya pesawat tersebut jatuh.

"Dari hasil pembacaan kotak hitam (black box) pada saat mulai terjadi perbedaan penunjukan kecepatan di mata kapten dan copilot," katanya seperti dilansir dari Suara.com, jaringan RIAUONLINE.CO.ID, Jumat, 23 November 2018.

Dilihat dari grafik yang paling bawah, berwarna biru adalah ketinggian, di atas kecepatan, mungkin naik pada tiga garis di atas, katanya.

Dijelaskan Nurcahyo, dari awal, angle of attack sudah menunjukkan perbedaan antara kiri dan kanan, dimana indikator kanan lebih tinggi dari kiri. Saat menjelang mulai terbang, di sini tercatat bahwa ada garis merah di sini yang menunjukkan pesawat mengalami stick shacker.


"Stick shaker adalah kemudinya di sisi kapten mulai bergetar. Ini adalah indikasi yang menunjukkan bahwa pesawat akan mengalami stall atau peringatan daya angkat," katanya.

Ketika di ketinggian 5.000 kaki, tercatat pada indikator berwarna ungu yaitu automatic trim down atau yang disebut banyak media sebagai MCAS atau Manuver Characteristics Augmentation System, yakni alat untuk menurunkan hidung pesawat karena pesawatnya akan stall.

"Jadi, hal ini kemungkinan disebabkan karena angle of attack di tempatnya kapten menunjukkan 20 derajat lebih tinggi. Kemudian men-trigger terjadnya stick shaker. Mengindikasikan kepada pilot bahwa pesawat akan stall. Kemudian MCAS menggerakkan hidung pesawat untuk turun," jelasnya.

Pergerakan tersebut, lanjutnya, dilawan oleh pilot dengan parameter yang paling atas berwarna biru. Jadi pilotnya trim up. Terus sampai dengan akhir penerbangan, ini parameter biru yang tengah ini menunjukkan berapa total trim yang terjadi. Setelah trim down angkanya turun dilawan oleh pilotnya trim up kemudian akhirnya angkanya kira-kira di angka 5.

Jadi, lanjut dia, Angka 5 adalah angka di mana beban kendali pilot nyaman. Apabila angkanya makin kecil, ini bebannya akan semakin berat. Namun kemudian, tercatat di akhir-akhir penerbangan autamatic trim-nya bertambah namun trim dari pilotnya durasinya makin pendek. Akhirnya jumlah trimnya makin lama mengecil dan beban kemudi menjadi berat. Kemudian pesawat turun.

Dia menyebutkan, hasil pembacaan kotak hitam secara lengkap akan dipublikasikan kepada masyarakat luas pada 28 November mendatang.

Berita ini sudah tayang di Suara.com, dengan judul KNKT Ungkap Detik-detik Lion Air Terbang dan Jatuh ke Laut