Serangan Bom di Surabaya Bermotif Balas Dendam

Terorisme.jpg
(Internet)

RIAUONLINE, JAKARTA - Rentetan serangan bom yang terjadi di Surabaya dilatarbelakangi balas dendam. kelompok ini melakukan aksi setelah terjadi kerusuhan di Mako Brimob Depok beberapa waktu lalu. Aksi dilakukan karena pemimpinnya, Aman Abdurahman ditangkap polisi.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan pelaku teror, baik di tiga gereja di Surabaya dan Rusunawa Wonocolo di Taman, Sidoarjo, masih satu jaringan.

Kapolri Tito di Mapolda Jatim di Surabaya, Senin (14/5/2018), mengatakan, dari tim Polri, terutama Polda Jatim yang dibantu tim Mabes Polrim telah melakukan investigasi untuk mengidentifikasi pelaku.

"Kami sudah mengidentifikasi kelompoknya yaitu Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Sudah saya sampaikan kemungkinan motifnya terkait dengan serangan ini, karena ada instruksi dari ISIS yang mendesak dan memerintahkan sel-sel lainnya," ujarnya seperti diberitakan Antara.

Setelah terjadi aksi di tiga gereja, ada aksi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Setelah polisi mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) ternyata itu ledakan yang terjadi karena kecelakaan sendiri.

"Anton Ferdiantono (pelaku) itu teman dekat Dita Oeprianto pelaku bunuh diri jalan Arjuno. Mereka aktif berhubungan pernah juga berkunjung ke Lapas Tulungagung tahun 2016," ungkapnya.


"Kerusuhan di mako tidak sekadar kerusuhan makanan yang tidak boleh masuk. Tapi karena ada upaya untuk melakukan pembalasan, kemudian untuk di Jatim sendiri itu kelompok JAD Cabang Surabaya," Tito menambahkan.

Terduga teroris Anton adalah kepala keluarga di kamar nomor 2 Blok B lantai 5, rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Wonoloco, Sidoarjo, Jawa Timur. Dari data KTP dan akta nikah, Anton tercatat warga Manukan Kulon Blok 19 H/19 Tandes, Surabaya.

Ledakan di Rusunawa itu memakan korban meninggal di kamar bersama ada tiga orang yang saat ini masih belum dievakuasi. Mereka adalah Anton, Istri dan satu anaknya.

Sedangkan Dita Oeprianto (47) dan istrinya, Puji Kuswati, mengajak serta keempat anaknya untuk melakukan bom bunuh diri.

Alhasil, Dita, Puji, dan empat anaknya tewas dalam aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya.

Dita melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat, Surabaya. Puji bersama FS dan PR membom Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro, Surabaya.

Sedang dua anak lelaki mereka disuruh mengebom Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya.

Sampai Senin sore, korban tewas dalam insiden tersebut bertambah menjadi 18 orang tewas dan 41 orang menderita luka-luka.

 

Artikel ini terbit lebih awal di Suara.com dengan judul: Balas Dendam, Motif 2 Keluarga Lakukan Bom Bunuh Diri di Surabaya.