MUI Berang Ada Pejabatnya yang Ikut Kunjungan ke Israel

Pejabat-MUI-ke-Israel.jpg
(VOA INDONESIA/SITUS KEMENTERIAN LUAR NEGERI ISRAEL)

RIAU ONLINE - Tujuh orang Muslim Indonesia, berkunjung ke Israel dan disambut langsung oleh Presiden Israel, Reuven Rivlin Rabu, 18 Januari pekan lalu. Diantara tujuh Muslim Indonesia itu, diantaranya adalah Profesor Istibsyaroh, ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Dalam sebuah foto yang diterbitkan situs Kementerian Luar Negeri Israel, Profesor Istibsyaroh, berjilbab kuning, duduk berdampingan dengan Rivlin.

Keikutsertaan Istibsyaroh ternyata telah menimbul kontoversi. Ketua MUI Bidang Luar Negeri Kiai Muhyidin Junaidi mengatakan lembaganya benar-benar marah mengetahui kabar tersebut. Pasalnya, MUI tidak mengetahui rencana Istibsyaroh ikut dalam rombongan yang berkunjung ke Israel.

Keikutertaan Istibsyaroh dalam lawatan yang diatur dan dibiayai oleh AIJAC, lembaga lobi Yahudi di Australia itu dikecam oleh Muhyidin, terlebih menurutnya, situasi di Palestina sejak Oktober 2015 sedang memanas. Sejak tersiar kabar rencana Presiden AS Donald Trump yang akan memindahkan Kedutaan Besar Amerika di Israel dari kota Tel Aviv ke Yerusalem, ketegangan kian meningkat.

Baca Juga: Obama Diam-Diam Kirim Uang Ke Palestina Jelang Akhir Pemerintahannya

Muhyidin menjelaskan, sesuai amanat konstitusi, Indonesia tidak mengakui negara Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut. Secara terang-terangan Indonesia memberikan dukungan untuk perjuangan Palestina dalam mencapai kemerdekaannya. Untuk itu Indonesia mendukung gagasan solusi dua negara guna mendorong penyelesaian konflik di kawasan tersebut.

"Kunjungan tersebut mencederai perasaan umat Islam dan bangsa Indonesia karena kita sampai sejauh ini masih menolak untuk melakukan hubungan diplomati dengan Israel, dengan alasan negara tersebut belum mengakui kemerdekaan bangsa Palestina," ujarnya, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu, 25 Januari 2017.

Menurutnya, lawatan itu akan merusak hubungan bilateral Indonesia dengan sejumlah negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), meski beberapa negara OKI kini sudah ada yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.


Klik Juga: Israel: AS Berkomplot Gagalkan Pembangunan Permukiman Yahudi Di Palestina

Muhyidin mengatakan MUI akan meminta Istibsyaroh mengundurkan diri untuk menghindari polemik yang berkepanjangan.

"Alternatif terbaik adalah meminta kepada yang bersangkutan untuk memberi pertanggung jawabannya dengan cara mengundurkan diri karena minta maaf saja tidak cukup. Jadi MUI akan tegas. Siapa pun pimpinan MUI yang melakukan pelanggaran seperti itu," ujarnya.

Lawatan tokoh, cendiawan, ilmuwan atau warga Indonesia ke Isreal ini bukan yang pertama. Hampir setiap tahun AIJAC mengirim undangan dan ajakan ke Israel. Tahun lalu, Isral mengundang lima wartawan Indonesia bertemu dengan Perdana Menteri Isreal Benjamin Netanyahu.

Selain mengadakan pertemuan dengan pejabat Israel, biasanya rombongan akan diajak untuk mengenal budaya, kesenian, makanan dan bahkan tinggal bersama warga Israel.

Kunjungan seorang pejabat MUI ke Israel diakui oleh Aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Mohamad Guntur Romli sebagai kontroversial. Namun menurutnya, jika lawatan itu merupakan bagian dari dialog antar agama dan budaya, maka sah-sah saja.

Lihat Juga: Mengapa Erdogan Mau Kerjasama Dengan Israel?

Menurut Guntur, kunjungan para tokoh Islam ke Israel ini berbeda dengan lawatan mantan presiden Abdurrahman "Gus Dur" Wahid. Ketika Gus Dur ke sana, pemerintahan yang berkuasa di Israel adalah yang pro-dialog, sementara rezim berkuasa sekarang yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah garis keras.

Sebab itu, ujar Guntur, diperlukan kesadaran politik dari tokoh-tokoh Indonesia yang ingin berkunjung ke Israel. "Tentu saja kunjungan tokoh-tokoh Indonesia ke sana itu akan dipakai atau dimanfaatkan untuk pencitraan oleh pemerintah Israel," ujarnya.

"Dan mereka memang jago soal itu. Maka dari itu, sebenarnya tokoh-tokoh kita jangan lugu-lugu amat dalam konteks politik seperti saat ini."

Guntur menekankan tokoh-tokoh Islam yang diundang ke Israel harus bersikap kritis agar lawatan mereka ke sana tidak disalahartikan atau dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline