(Istimewa)
Rabu, 21 Mei 2025 13:25 WIB
Editor: Yola Ristania Vidiani
(Istimewa)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Di tengah gempuran digitalisasi dan ritme kehidupan urban yang semakin cepat, mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang Angkatan 2024 menggagas ruang alternatif untuk merayakan kembali nilai-nilai kebersamaan, budaya, dan kemanusiaan lewat festival bertajuk “Main Kota: Tradisi dalam Beton”.
Festival ini akan diselenggarakan pada 19 Juni 2025 di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Padang Panjang, menghadirkan beragam permainan tradisional seperti bakiak, cak-bur, engklek, dan bentengan.
Pemilihan PDIKM sebagai lokasi pun bukan tanpa alasan. Tempat ini dinilai sebagai titik temu antara nilai sejarah budaya Minangkabau dan dinamika modernitas kota.
Lebih dari sekadar nostalgia, kegiatan ini menjadi ruang interaktif lintas usia yang menghubungkan kembali masyarakat dengan akar budayanya di tengah lanskap kota yang serba digital dan instan.
Baca Juga
“Permainan tradisional bukan hanya hiburan masa kecil, tapi juga alat pendidikan sosial dan emosional yang sangat kuat. Di era ketika anak-anak lebih akrab dengan gawai daripada tanah lapang, kami ingin menghadirkan ruang untuk bermain kembali secara nyata, fisik, dan bermakna,” ujar Koordinator Desain dan Publikasi Festival, Sarmarita Rahmadhani, Rabu, 21 Mei 2025.
Dengan mengusung tema “Bermain Kembali, Menemukan Kemanusiaan dalam Kehidupan Urban”, festival ini dirancang secara artistik sebagai kampung bermain temporer. Tidak hanya diisi perlombaan permainan tradisional, pengunjung juga akan disuguhkan pertunjukan seni, musik akustik, instalasi interaktif seperti “Dinding Pesan Masa Kecil” dan eksperimen sosial yang mengajak pengunjung bermain secara spontan.
Satu di antara daya tarik festival adalah keterlibatan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) sebagai peserta utama lomba, sekaligus upaya konkret untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya lokal pada generasi muda. Meski begitu, kegiatan ini terbuka luas untuk masyarakat umum, komunitas seni, dan pemerhati budaya.
“Festival Main Kota: Tradisi dalam Beton mengingatkan kita bahwa di balik modernitas dan layar digital, manusia tetap merindukan sesuatu yang sederhana: tertawa bersama, berlari di tanah, dan merasakan kembali hangatnya interaksi yang nyata,” tutup Sarmarita.
Dengan dukungan berbagai pihak termasuk Pemerintah Kota Padang Panjang, Dinas Kebudayaan, dan komunitas lokal, festival ini diharapkan menjadi momentum kebudayaan yang membumi, inklusif, dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.