Menganyam Warisan: Tenun Songket Pekanbaru Tetap Hidup di Tengah Modernitas

Penenun-songket-pekanbaru.jpg
(RAHMADI DWI PUTRA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Suara lembut alat tenun tradisional terdengar bersahutan di rumah produksi kain songket yang terletak di Jalan Kayu Manis, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru. Di tempat inilah, sejumlah perajin dengan penuh ketelatenan menganyam benang demi benang menjadi selembar karya budaya yang sarat makna.

Tangan-tangan terampil para perajin tenun songket telah menghasilkan motif-motif khas yang menunjukkan identitas Kota Bertuah. Kain tenun songket buatan mereka tak sekadar produk, melainkan warisan budaya Melayu yang masih hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.

Wan Mirda Yanti, pemilik usaha tenun songket ini, mengungkapkan bahwa motif-motif seperti Pucuk Rebung dan Siku Bengkuang menjadi ciri khas produk mereka. Motif tersebut bukan hanya hiasan, melainkan simbol filosofi dan kearifan lokal budaya Melayu yang diwariskan secara turun-temurun sehingga harus terus dipertahankan.

Namun hingga kini, rumah produksi tenun Wan Mirda fokus memproduksi kain untuk bahan baju. Wan Mirda menyebut kain tenun songket yang digunakan sebagai bahan baju lebih praktis dan cocok dikenakan dalam berbagai acara resmi, serta mudah dirawat.


“Harga yang kami tawarkan bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung motif dan tingkat kesulitan pengerjaannya,” ujar Wan Mirda Yanti, Jumat, 2 Mei 2025.

Melalui usahanya, Wan Mirda berharap kain tenun songket Pekanbaru semakin dikenal luas dan diminati masyarakat. Tidak hanya sebagai produk kerajinan, tetapi menjadi lambang identitas budaya lokal yang patut dibanggakan.