RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Ahmad Nurhadi dilaporkan meninggal dunia setelah ditemukan gantung diri di ruang kamar inapnya, Jumat, 25 April 2025 lalu.
Pihak keluarga korban, Fiil Kunto menilai pihak RSJ Tampan lalai dalam memberikan penanganan dan pengawasan terhadap pasien.
Keluarga Ahmad Nurhadi bahkan meminta pihak rumah sakit tersebut untuk memeriksa kamera CCTV. Mereka menduga ada kejanggalan di balik kematian Ahmad Nurhadi.
Berdasarkan rekaman CCTV yang diperlihatkan di Polresta Pekanbaru, Ahmad Nurhadi tampak dua kali melakukan percobaan gantung diri.
"Berdasarkan rekaman CCTV yang ditunjukan Kepolisian kepada kami, adanya percobaan gantung diri adik kami tersebut sebanyak dua kali," ujar Fiil Kunto, Kamis, 1 Mei 2025.
Fiil Kunto menjelaskan percobaan gantung diri pertama dilakukan adiknya itu pada Jumat, 25 April 2025, pukul 17.46 WIB. Tapi gagal, karena kain atau baju yang digunakan korban melorot.
"Kemudian diulang lagi mengikat di pukul 17.48 dan pukul 17.50 WIB, barulah dililitkan di leher turun dan menggantung, kemudian pukul 17.52 badan korban masih bergerak saat gantung diri tersebut di jendela," jelasnya.
Fiil Kunto menyebut petugas RSJ mengetahui adiknya meninggal gantung diri sekitar pukul 17.58 WIB, lalu dikonfirmasi meninggal dunia.
"Meninggalnya adik kami, mungkin sudah takdirnya, tapi yang menjadi keberatan kami pihak keluarga adalah, dimana petugas yang jaga waktu itu menjamin keamanan dan pengawasan 24 jam, karena CCTV kami 24 jam," jelasnya.
Selain itu, pihak keluarga juga menduga adanya kelalaian petugas rumah sakit dalam mengawasi pasien, sehingga adiknya bisa melakukan percobaan bunuh diri bahkan hingga dua kali.
"Ada lebih kurang 14 menit yang patut kami pertanyakan kepada petugas dan dimana para petugas tersebut karena kamar korban pas di depan ruang jaga petugas," ungkapnya.
Menurutnya, petugas sudah biasa menghadapi pasien depresi. Namun, ia menyayangkan kebijakan rumah sakit memberikan pasien baju lengan pangan, yang menjadi alat untuk pasien bunuh diri.
"Dan yang lebih disayangi, kalau malam itu mereka (petugas) mau menyerahkan CCTV-nya ke pihak Kepolisian untuk melihat kejadian sebenarnya, mungkin kami tidak mau untuk mengotopsi adik kami tersebut, dibelah-belah badannya, kepala dan yang lainnya,” tambah Fiil lagi.
"Jadi atas kejadian tersebutlah, kami menilai adanya dugaan kelalaian petugas terhadap pasien, dan inilah yang ingin kami pertanyakan serta meminta keadilan,” tegas Fiil Kunto.
Sementara itu, menurut orang tua korban, putranya sempat meminta pulang karena merasa sudah sehat melalui video call memakai handphone sekuriti RSJ Tampan.
"Kami sangat sedih dan kecewa dari pelayanan RSJ Tampan yang menyebabkan anak kami meregang nyawa di RSJ," katanya.
"Dan juga kami merasa sedih, karena sampai hari tidak ada mengucapkan bela sungkawa terhadap kami, selaku keluarga korban dari pihak RSJ Tampan," tutupnya.