Intoleransi dan Radikalisme dari Sudut Pandang Islah Bahrawi

Islah-Bahrawi2.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU-Intoleransi dan radikalisme yang berkembang di Indonesia bukan hanya domain satu agama tertentu. Tetapi, ideologi yang menjadi persoalan bangsa di dunia ini merupakan domain semua kalangan.

Begitu dikatakan Islah Bahrawi, penulis buku Intoleransi & Radikalisme Kuda Troya Politik dan Agama.

"Saat ini kan kita memang banyak sekali orang-orang yang mengumbar kebencian, mengumbar caci maki, dan ini disuarakan segera terbuka lewat media sosial. Ini kan suatu keniscayaan," ucapnya, Selasa 30 November 2021 saat bedah buku di Premiere Hotel.

Ia menjelaskan, intoleransi merupakan awal dari radikalisme. "Kalau orang sudah mengenal radikalisme, dia akan mengenal ekstremisme, kekerasan. Dan ketika orang mengenal ekstremisme, orang akan mengenal terorisme," jelas pria berkacamata ini.

Pria yang akrab disapa Cak Islah ini menilai bahwa persoalan semua bangsa adalah radikalisme, bukan terorisme. Menurutnya, persoalan radikalisme adalah persoalan ideologi yang harus dilawan dengan ideologi.

"Kalau terorisme, ada hukum yang menjangkaunya. Ada teknologi yang bisa membacanya. Jaringan-jaringan, pergerakan merek sudah bisa dipatahkan secara inteligennetwork," imbuhnya.

Melalui bukunya, Islah menggambarkan bagaimana intoleransi dan radikalisme itu bisa terbentuk dan merasuk dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam beragama.


Menurut Islah, kelahiran buku keduanya ini makin memperkaya literasi dan mempempertebal moderasi kebangsaan dan keagamaan.

"Bahasa yang digunakan di dalam buku ini cukup sederhana, tidak menggunakan majas yang sulit. Ini memang harus mudah dicerna oleh akademisi atau mahasiswa," paparnya.

Lanjutnya, buku ini lebih menekankan kepada kesadaran-kesadaran  kognitif berdasarkan filsafat. Cak Islah sengaja tidak menyertakan ayat dari Alquran maupun kutipan hadist.

"Kalau pun ada ayat, tapi sedikit. Karena sasaran saya intoleransi dan radikalisme di mata saya bukan hanya domain orang Islam. Tetapi domain semua agama, domain semua ideologi, politik, ekonomi maupun budaya," jelasnya.

 

Pria yang menyukai ilmu Filsafat ini menyebut, saat ini banyak ujaran kebencian disebar lewat media. Ia juga mengingatkan kepada kaula muda agar senantiasa membaca banyak buku.

Ia menyebut, dengan memperbanyak ilmu akan membuat seseorang semakin toleransi dan memahami makna perbedaan. "Maka kita harus memperbanyak literasi dengan membaca buku. Jangan hanya membaca satu buku," paparnya.