Aroma Sampah Bikin Sayuran Marni Tak Laku: Sedih Sih, Cuma Ya Mau Gimana

Tumpukan-sampah-di-Pasar-Selasa-Panam.jpg
(Muthi Haura/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pasar Selasa Panam tampak ramai. Beberapa orang berlalu lalang sembari menutup hidung dengan kesibukannya masing-masing. Di sekitar parkiran, tumpukan sampah menggunung. Bahkan meluber hingga sisi kanan kirinya. 

 

Dari tumpukan sampah itu, menguar bau busuk yang sangat. Ditambah hujan yang tak hentinya mengguyur Kota Pekanbaru membuat sampah semakin menggenang dan berair. 

 

Beberapa burung beterbangan di sekitar area sampah. Sekitar 15 meter dari tumpukan sampah, berjejer penjual buah-buahan. Namanya Yus. Perempuan separuh baya dengan tiga orang anak itu menatap jejeran buah-buahan dagangannya yang masih sangat banyak. 

 

"Sepi dek, bukan hanya sejak adanya tumpukan sampah ini, tapi sejak Covid-19 ini. Tumpukan sampah ini ya menambah lagi," katanya sedih. 

 

Sembari menghembuskan nafas, single parent ini mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, biasanya ia bisa menjual 50-an dari masing-masing jenis buah yang ia jual, tapi disaat pandemi, 20-an pun dalam sehari tidak sampai. 

 

"Ditambah tumpukan sampah ini. Jarang pembeli yang ngarah kesini. Walaupun tumpukan sampahnya ada dibelakang kami, cuma bau nya itu," keluhnya. 

 

Untuk bau sampah ini sendiri, perempuan itu merasa pasrah. Ia harus menahannya agar tetap bisa berjualan. 


 

Yus berujar, dirinya berjualan untuk membeli beras agar bisa makan di setiap harinya. Sembari membetulkan duduknya, Yus bercerita tentang anak-anaknya. 

 

"Alhamdulillah dua anak saya kuliah. Yang satu lulusan di UNRI. Yang satu lagi cewek lagi nyusun skripsi," ujarnya. 

 

Yus merantau ke Pekanbaru  saat anak pertamanya berkuliah di UNRI, lalu kemudian memilih untuk berjualan buah. Hanya saja, pendapatan berjualan buahnya tidak bisa menutupi biaya sekolah dan kuliah anak-anaknya. 

 

"Alhamdulillah mereka dapat beasiswa," kata Yus dengan mata berbinar. Hanya saja, anaknya yang sudah lulus kuliah ini belum juga diterima kerja, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini. 

 

Yus berharap, kedepannya pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan juga permasalahan sampah ini selesai. 

 

 

 

 

Tak berbeda jauh dengan Yus, namanya Marni. Ia seorang penjual sayuran keliling dengan gerobak. Marni mengeluhkan bau sampah yang sangat menyengat membuat pembeli jarang menghampiri jualannya. 

 

"Sedih sih, cuma ya mau gimana," pungkasnya pasrah.