UAS Suarakan Dukungan, Pengamat Komunikasi Politik: Itu Hak Politiknya

pengamat-firdaus.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pengamat Komunikasi Politik, Muhammad Firdaus menyebut langkah UAS terjun mendukung tiga Paslon di Pilkada adalah hak politiknya.

"Saya pikir ini bagian dari saluran komunikasi dakwah dan politik UAS ya," ujarnya, kepada Riauonline.co.id, Kamis 26 November 2020.

Dosen Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi UNRI ini menjelaskan keikutsertaan UAS berpolitik praktis adalah haknya setelah ia mengundurkan diri dari Pegawai Negeri Sipil.

"Sebagai warga negara beliau sudah tidak terikat lagi dengan peraturan UU no 5 tahun 2014 karena beliau tidak lagi menjadi ASN. UAS bisa saja mengunakan preferensi politiknya di moment pilkada ini," jelasnya.

Menurutnya, sosok UAS memang memiliki kapasitas untuk menjadi sosok kunci dalam membentuk opini masyarakat.

"Dalam konteks komunikasi tidak bisa dipungkiri bahwa UAS adalah seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas dan daya tarik yang tinggi, ia seorang opinion leader," terangnya.


Tak pelak, kualitas UAS ini dapat berdampak meningkatkan elektabilitas calon yang diusungnya di Pilkada. Tak hanya Riau, kualitas UAS ini bahkan disebutnya merambat ke daerah lain.

"Hal ini bisa saja dipakai oleh parpol atau paslon tertentu untuk mendulang suara moment Pilkada serentak ini, bisa menimbulkan amplify effect, di Sumatera Barat, di Bukittinggi beliau juga menyatakan sikapnya dengan mendukung salah satu Paslon," katanya.

Menurutnya, UAS tidak akan sembarangan menjatuhkan dukungan. Dukungan terbuka UAS ini tentu beralasan kuat.

"Saya pikir sikap beliau ini tentu ada kecenderungan dan beririsan dengan program Paslon yang diusung, bisa saja ada program keumatan, dakwah, amar ma'ruf, dan lain sebagainya," jelasnya.

Meski demikian, ia menjelaskan efektivitas dan korelasi pilihan UAS terhadap elektabilitas calon baru bisa dibenarkan pada hari Pemilihan nanti.

"Tapi apakah realitas selama ini UAS yang mempunyai daya tarik dan massa pendukung yang banyak dalam kegiatan dakwah dan keumatan, apakah berkorelasi dalam konteks politik, kita lihat saja nanti pas hari H, 9 Desember nanti," katanya.

Lebih dari itu, Firdaus menekankan bahwa yang terpenting adalah tetap menjaga kesatuan meski berbeda dalam politik dan kepentingan.

"Yang jelas pilkada ini merupakan momemt kegiatan rutin 5 tahunan. Pilihan politik boleh beda tapi kita tetap bersaudara dalam bingkai NKRI," himbaunya.