LAM Riau Ternyata Sengaja Tutup-tutupi Pemberian Gelar Adat ke Jokowi

Raja-Marjohan-Yusuf.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau membeberkan alasan mereka kenapa harus menutup-nutupi pemberian gelar adat untuk Presiden Joko Widodo kepada masyarakat Riau.

Selama berada di Riau, Jokowi akan menerima gelar dengan nama Datuk Seri Setia Amanah Negara oleh LAM Riau. Peminangan tersebut dilakukan saat pengurus LAM Riau beserta panitia TORA bertemu Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 4 Desember 2018 silam.

"Karena kemarin itu kita melihat waktunya saja belum tepat. Kita saat itu menunggu Instruksi Presiden (Impres) nya keluar saja," kata pengurus Majelis Kerapatan Adat LAM Riau, Raja Marjohan Yusuf, Kamis, 13 Desember 2018.

Ketua Panitia pemberian gelar adat Jokowi ini juga menuturkan, Impres ditunggu-tinggu tersebut baru mereka serahkan di bulan September 2018 silam. Tak hanya itu, baru disahkan di bulan Desember ini.


"Impresnya juga baru ditandatangani September kemarin. Makanya kita itu kemarin melihat waktunya," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo akan dianugerahi gelar adat 'Datuk Seri Setia Amanah Negara' oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Apa alasan pemberian gelar tersebut?

Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAM Riau Datuk Seri Syahril Abubakar mengatakan, pemberian gelar tersebut memiliki dasar yang kuat.

Ia menilai, sejak Jokowi menjabat presiden persoalan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, yang selama 17 tahun terakhir selalu menyelimuti Riau, dapat ditangani dengan baik.

"Lebih-kurang 17 tahun lamanya masyarakat adat Melayu Riau dan masyarakat Riau pada umumnya, tuan gubernur, didatangi oleh asap. Jerebu bahasa Melayunya. 17 tahun lantas Tuan Presiden mengambil kebijakan bahwa jangan lagi asap antara lain di Provinsi Riau. Alhamdulillah sudah 3 tahun terakhir ini, sebagaimana yang kita ketahui, ini asap sudah tak ada lagi di negeri kami. Ini hal-hal yang menjadi dasar," kata Syahril setelah bertemu dengan Jokowi di Istana Merdeka.