Putri Pasangan Buruh Ini Tak Membayangkan Jadi Polwan Berpangkat Bripda

Bripda-Putri.jpg
(FACEBOOK FANPAGES RTMC POLDA RIAU)

 

RIAU ONLINE - Putri Tanti Rahayu, tak pernah berpikir bisa menjadi polisi wanita berpangkat Brigadir Dua di Kepolisian Resor Magelang, Jawa Tengah yang bertugas sebagai staf perencanaan.

 

Polisi wanita yang masih berusia 20 tahun ini adalah putri dari pasangan Tobai dan Mulyanti. Ayahnya bekerja sebagai buruh pembuat batu bata, sedangkan sang Ibunda seorang buruh pabrik garmen di Bawen Semarang.

 

"Sejak awal saya tidak pernah berangan-angan untuk menjadi Polisi Wanita. Ekonomi keluarga pas–pasan," kata Putri.

 

Usai menyelesaikan pendidikan tingkat SMA pada April 2014, anak dari empat bersaudara ini mendapat informasi bahwa Kepolisian membutuhkan Polwan sebanyak 7.000 orang dari seluruh Indonesia.

 

"Ibu menyarankan saya untuk mendaftar. Waktu itu saya beranggapan kalau masuk polisi harus bayar tidak sedikit dan sempat saya menolak," ujarnya.

 

Saat itu Ibunya berkata, “Memangnya yang bisa masuk polisi hanya orang yang punya duit? Nduk, menowo dadi rejekimu, lillahi Ta' Ala saja nDuk. Dicoba dulu.“

 

Dengan dukungan dari Ibunda, Putri akhirnya mendaftar. Namun, ia kesulitan saat melakukan input data. Kemudian ia bertanya ke Polsek Salaman, Magelang. Petugas menyarankan untuk langsung menanyakan hal itu kepada Polres Magelang.

 


"Namun saya takut dengan polisi, sehingga saya memutuskan untuk mencoba mencari info melalui internet," katanya, mengenang.

 

Setelah Ujian Nasional, dengan bantuan temannya Putri bisa log in ke web penerimaan anggota Polwan dan lanjut verifikasi di Polres Magelang saat hari terakhir pendaftaran.

 

"Saat pengumpulan administrasi saya hanya membawa foto Copy KTP, Kartu Keluarga, KTP orangtua dan fotocopy Ijazah. Dan pada saat Ritmin awal, saya datang ke Polres Magelang, lalu naik ke lantai dua dan bertemu dengan pendaftar dari salah satu SMA Favorit di Magelang. Saya merasa sempat minder karena administrasi saya masih banyak kurang lengkap," ceritanya.

 

Putri memutuskan untuk pulang dengan angkutan umum. Setibanya di rumah, ia mendapatkan telepon dari petugas pendaftaran di Polres Magelang bahwa jika mau mengundurkan diri, diperintahkan untuk membuat surat pernyataan bermaterai Rp 6.000.

 

Diantar temannya, Putri akhirnya kembali ke Polres dan administrasi diperiksa. Panitia pendaftaran memberikan waktu untuk Putri melengkapi berkasnya jika lolos Riksmin awal.

 

"Saat pengumumuman saya tidak terlalu berharap untuk lolos. Semuanya saya serahkan kepada Allah SWT. Dan tak disangka saya diberikan kesempatan untuk maju mengikuti tes di Semarang," katanya.

 

Saat menjalani tes jasmani, Putri sempat ingin mengundurkan diri menyadari ia tidak mahir renang. Saya sempat putus asa, Namun Ibu selalu memberikan dukungan, satu kata dari nasehat ibu yang selalu saya ingat: Kasihan adik-adikmu nDuk," cerita Putri.

 

Berbekal keyakinan dan dukungan dari sang ibunda, Putri berhasil melewati tes renang dan dinyatakan lulus masuk pendidikan di SPN Purwokerto.

 

"Tekad saya adalah keluarga saya. Karena pada tanggal 1 April 2014 rumah saya ambruk tanpa sebab. Semuanya rata dengan tanah. Saya sedih melihat kondisi seperti itu," kisahnya.

 

"Saya berharap suatu saat nanti saya dan adik-adik saya dapat membuka lembaran yang lebih baik. Tidak harus mempunyai banyak materi. Kehidupan yang sederhana bagi saya sudah lebih dari mencukupi," lanjutnya.

 

Kini, Bripda Putri Tanti sudah menjadi Polwan. Setiap tidur di mass Jagoan Magelang, saat pagi ia selalu pulang ke rumahnya di pelosok daerah Salaman Magelang, untuk sekedar masak buat ayah dan adiknya. Selanjutnya berangkat kerja sambil mengantar adik-adiknya pergi ke sekolah.

 

Hingga kini, Bripda Putri masih mendiami rumah reot yang sangat sederhana dan terbuat dari bambu, bersama kedua orangtuanya dan tiga adiknya. Inilah Brigadir Dua Putri Tanti Rahayu, Kartini bagi keluarganya.

 

Sumber: Facebook Fanpage Rtmc Polda Riau